Transformasi Revolusi Mental Menuju Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa

Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul Indonesia kini ditopang oleh program Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa (PKJB), sebuah transformasi dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Program ini menargetkan penguatan nilai-nilai kebangsaan untuk menghadapi tantangan ideologis, sosial-budaya, dan teknologi informasi yang semakin kompleks.
Persoalan ideologis menjadi perhatian utama. Survei Setara Institute 2023 mencatat, sebanyak 83,3% remaja SMA di beberapa daerah tidak menganggap Pancasila sebagai ideologi permanen. Sementara itu, 56,3% mendukung syariat Islam sebagai landasan bernegara.
Selain itu, korupsi juga menjadi tantangan besar. Berdasarkan Transparency International Indonesia 2024, Indeks Persepsi Korupsi Indonesia stagnan pada skor 34, dengan peringkat turun ke posisi 115 dari 180 negara.
Di sisi teknologi, ancaman perjudian daring (judol) semakin meluas. Data PPATK mencatat sebanyak 4 juta orang terlibat dalam judol sepanjang 2024, termasuk 2% anak di bawah usia 10 tahun.
Deputi Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga, Warsito, menjelaskan bahwa PKJB adalah kesinambungan dari GNRM dengan cakupan yang lebih luas. “Transformasi ini bukan sekadar perubahan istilah, tetapi perluasan substansi untuk membentuk SDM yang unggul dan berakar pada nilai kebangsaan,” ujarnya.
Selama satu dekade, GNRM mencatatkan peningkatan signifikan. Indeks Capaian Revolusi Mental (ICRM) naik dari 67,01 pada 2018 menjadi 73,82 pada 2023. Program seperti Gerakan Indonesia Melayani mengalami peningkatan tertinggi, dari 78,90 pada 2018 menjadi 88,94 pada 2023, yang menunjukkan peningkatan kualitas pelayanan publik.
Namun, Warsito menekankan bahwa gerakan seperti Indonesia Bersih, Indonesia Mandiri, dan Indonesia Bersatu masih membutuhkan penguatan.
Pilar Utama PKJB
PKJB menargetkan penguatan pada enam pilar:
1. Sosial dan budaya
2. Politik dan pemerintahan
3. Ekonomi dan bisnis
4. Penegakan hukum
5. Pendidikan dan keilmuan
6. Lingkungan semesta
Langkah pertama adalah mengintegrasikan nilai-nilai kebangsaan ke dalam sistem pendidikan, yang menyeimbangkan kecerdasan intelektual dan karakter moral.
“SDM unggul harus mampu mengintegrasikan penguasaan teknologi dengan karakter moral yang kuat, sehingga dapat memberikan kontribusi maksimal bagi bangsa,” jelas Warsito.
Peran Teknologi dan Budaya
Warsito juga menyoroti pentingnya literasi digital dalam menghadapi tantangan disrupsi informasi. “Literasi digital dan penggunaan influencer untuk menyebarkan konten positif sangat penting untuk meminimalkan ruang negatif di dunia maya,” ungkapnya.
Selain itu, nilai-nilai budaya lokal dan sejarah perjuangan bangsa menjadi fondasi penting. Warsito menambahkan, “Generasi muda harus menguasai tiga bahasa: global, nasional, dan daerah. Ini akan menjadi identitas generasi emas masa depan Indonesia.”
Transformasi GNRM ke PKJB membutuhkan sinergi dari semua elemen: pemerintah, masyarakat, akademisi, dunia swasta, dan media. Dengan komitmen bersama, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi bangsa yang maju secara ekonomi sekaligus kokoh dalam identitas dan karakter berbasis ideologi Pancasila.
“Penguatan karakter bangsa adalah investasi jangka panjang untuk memastikan Indonesia tetap berdiri tegak di tengah arus globalisasi,” pungkas Warsito.