Sulsel

Tradisi Lebaran Khas Suku Bugis, Siapkan Sajian Khusus Idul Fitri

INILAHSULSEL.COM – Tak terasa, bulan Ramadan sudah memasuki minggu-minggu terakhir. Ini artinya lebaran Idul Fitri sudah di depan mata. Di balik momen nan fitri, lebaran juga menjadi ajang silaturahmi dengan keluarga tercinta. Di Sulawesi Selatan, perayaan Idul Fitri diwarnai dengan berbagai tradisi unik dan penuh makna, salah satunya tradisi lebaran Ma’burasa.

Ma’burasa adalah sebuah tradisi lebaran yang sangat penting bagi masyarakat suku Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan. Kata Ma’burasa berasal dari bahasa Bugis yang berarti ‘membuat burasa’, sebuah kuliner tradisional dari masyarakat Bugis-Makassar.

Burasa adalah makanan tradisional yang terbuat dari beras yang dicampur santan dan diberi sedikit garam. Kemudian, beras tersebut dibungkus dengan daun pisang dan diikat secara khusus sebelum akhirnya direbus dalam waktu yang cukup lama.

Baca Juga:  Layani 35,9 Juta UMKM, Holding Ultra Mikro BRI Salurkan Kredit Rp626,6 Triliun

Di balik kesederhanaan burasa, tersimpan makna dan filosofi mendalam. Tradisi Ma’burasa biasanya dimulai sehari sebelum Lebaran. Seluruh anggota keluarga, baik laki-laki maupun perempuan, bersama-sama mempersiapkan bahan dan memasak burasa. Aroma santan dan beras yang tercampur, diiringi tawa dan canda keluarga, mewarnai suasana dapur dan halaman rumah.

Proses memasak burasa yang memakan waktu cukup lama juga menjadi momen berharga untuk mempererat tali persaudaraan. Cerita-cerita tentang leluhur, kenangan Lebaran terdahulu, hingga harapan untuk masa depan dibagikan di sela-sela kesibukan.

Setelah burasa matang dan siap dinikmati, masyarakat pun saling bertukar burasa dengan tetangga, meskipun mereka membuat hidangan yang sama di rumah. Hal ini menjadi simbol solidaritas dan kepedulian antar tetangga.

Baca Juga:  Di Tengah Dinamika Pasar, BRI Lebih Fokus Pengelolaan Risiko Jangka Panjang

Burasa sendiri melambangkan rasa syukur atas limpahan rezeki dan panen yang berlimpah. Di balik kelezatannya, burasa juga menjadi pengingat kearifan lokal masyarakat Bugis dalam memanfaatkan bahan-bahan alami dan menjaga kelestarian lingkungan. Daun pisang yang digunakan sebagai pembungkus burasa bukan sekadar wadah, tetapi juga mencerminkan filosofi kesederhanaan dan kepedulian terhadap alam.

Ma’burasa adalah lebih dari sekadar tradisi memasak makanan menjelang Lebaran. Ini adalah cara bagi masyarakat Bugis untuk merayakan tradisi lebaran mereka, merawat nilai-nilai leluhur, dan memperkuat ikatan keluarga.

Back to top button