News

Tawuran di Jatinegara Bikin Resah, Ada yang Salah dengan Pola Pendidikan Kita?


Di saat orang lain menikmati malam dengan terlelap tidur atau menonton drama Korea, sekelompok remaja di Jatinegara, Jakarta Timur, malah memilih paket kombo yakni tawuran, mabuk, dan merusak properti warga. Semua demi eksis termasuk di media sosial.

Aksi tawuran antarwarga terjadi pada Selasa (15/4) malam hingga Rabu (16/4) dini hari. Kejadian itu membuat Jalan Jenderal Basuki Rahmat berubah layaknya medan perang dadakan, lengkap dengan batu berterbangan, petasan beberapa senjata tajam hingga suara teriakan yang lebih seram dari film horor.

Dari video yang beredar di media sosial, jalanan yang biasanya macet karena kendaraan, setelah kejadian malam itu malah terhalang sampah bekas petasan yang berserakan dan cairan yang diduga minuman keras. Berdasarkan informasi, aksi tersebut membuat beberapa warga luka-luka dan kerusakan beberapa properti rumah.

Syadad (22) warga Jatinegara, Jakarta Timur mengaku resah dengan tragedi tersebut. Ia khawatir dan takut aksi itu mengancam dirinya, keluarga dan masyarakat sekitar. Syadad bercerita pelaku tawuran itu berusia di bawah 20 tahun dan masih pelajar.

Baca Juga:  Sejak Keir Starmer Jadi PM, Inggris Sudah Usir 24.000 Imigran

“Warga yang terlibat tawuran di sana itu antara warga RT 01, nama geng-nya Camboza, dengan warga jalan Wedana, nama geng-nya Jeslox. Ada beberapa kali juga terjadi aksi saling-serang antara pihak warga RT 01 dengan warga RT 013,” katanya saat berbincang dengan Inilah.com, Sabtu (19/4/2025).

Ia mendapatkan info aksi tawuran tersebut dari grup WhatsApp RW. Meski bukan warga RW 01 atau 13, Ia mengaku menerima dampak kerugian dan cemas atas apa yang terjadi. 

Syadad menyebut aksi ini bukan disebabkan dendam lama ala sinetron, tapi karena gesekan kecil di sosial media seperi saling umpat atau saling menantang. Sekali ada yang saling ejek, langsung berlanjut jadi konser adu parang dan batu. “Uniknya, setiap abis tawuran, pasti update insta story,” ujarnya tak habis pikir sambil menggelengkan kepalanya.

Baca Juga:  KPK akan Gelar Salat Idul Fitri di Rutan Khusus Tahanan dan Keluarga

Syadad sempat menunjukkan beberapa akun sosial media instagram pelaku tawuran. Mereka memang kebanyakan membuat akun secara kelompok, bukan perorangan, seperti akun @Pedatirayaa_, @camboza_kidz dan @jeslox.jakarta171.

Aksi tawuran beberapa hari lalu itu bukanlah hal baru. Biasanya aksi sering terjadi di sekitar underpass DI Panjaitan, Jalan Jenderal Basuki Rahmat, tepat di sekitar Pasar Gembrong, Jakarta Timur. Namun, kali ini aksi terjadi di lokasi sebelum mengarah ke underpass.

Syadad meyakini, pelakunya masih sama dengan pihak yang biasanya beraksi di sekitar Mall Bassura. “Saya bicara ini berdasarkan apa yang saya lihat langsung di sosial media mereka, para pelaku tawuran di sini itu bisa dibilang ber-aliansi atau gabungan antargeng,” tuturnya.

Ia mengaku tidak tahu solusi tepat yang harus dilakukan demi mencegah kejadian serupa terulang kembali. Menurut Syadad, para pelaku cenderung masih ingin menunjukkan eksistensi di lingkungannya.

Baca Juga:  Segera Usut Dugaan Korupsi PT Pupuk Indonesia, Komisi III DPR: Penegak Hukum Jangan Takut!

“Ingin kasih tahu ke dunia bahwa ‘inilah gue’. Pihak pengurus RT/RW juga bukannya tidak peduli, sudah dilakukan banyak aksi pun seperti memberikan edukasi, dirangkul juga sudah tapi pada akhirnya, mereka ulangi lagi dan lagi,” ucap Syadad sambil ngelus dada.

Ia turut mengapresiasi pihak keamanan setempat yang selalu berjaga di tempat rawan tawuran sampai larut malam. Sayangnya, hal itu tidak membuat efek jera bagi pelaku tawuran karena hal yang sama terulang kembali.

Menurut Syadad, perlu adanya pengawasan dan edukasi yang ketat dari orang terdekat yakni keluarga. Sebab, keluargalah yang menjadi peran utama dalam tumbuh kembang anak remaja.

“Dari keluarganya dulu yang harusnya memperhatikan pola hidup atau cara mendidik mereka lalu kemudian pergaulannya. Yang saya tahu ada beberapa dari mereka yang ‘minum’ dan itu bukan rahasia umum lagi. Jadi makin susah melakukan edukasi atau nasehat,” keluhnya.

Back to top button