pertumbuhan ekonomi
- News
Ekonomi Jatim Melebihi Nasional Bikin Gubernur Khofifah Nyenyak Tidur
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersyukur perekonomian Jawa Timur (Jatim) terus membaik meski pandemi COVID-19 belum berakhir. “Kondisi ini…
Selengkapnya » - Market
Airlangga: Pemerintah Akan Tetap Jaga Momentum Pemulihan Ekonomi di 2022
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengaku optimis pertumbuhan ekonomi nasional 5,01 persen bisa tetap terjaga. Sebab saat ini pemerintah terus menjaga…
Selengkapnya » - Market
Ekonom: Buat Apa Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Kalau tidak Menetes ke Rakyat
Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai, kualitas pertumbuhan ekonomi kuartal I-2022 sebesar 5,01 persen memang…
Selengkapnya » - Market
Inilah Saham-saham Pilihan Sesi Kedua Perdagangan
Hingga penutupan sore nanti, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang melanjutkan pelemahan untuk menguji level support 6.640. Pasar belum…
Selengkapnya » - Market
Kuartal I Ekonomi Tumbuh 5,01 Persen, Ekonom: Kuartal Depan Awas Jeblok
Ekonom milenial Bhima Yudhistira menilai, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2022 sebesar 5,01 persen terjadi…
Selengkapnya » - Market
BI Catat Transaksi Selama Bulan Ramadan Capai Rp100,25 Triliun
Bank Indonesia atau BI mencatat transaksi pembayaran tunai dan non tunai melonjak selama Ramadan dan Idul Fitri 2022. Kenaikan transaksi…
Selengkapnya » - Market
Aktivitas Masyarakat Pulih, BPS: Ekonomi Tumbuh 5,01 Persen
Sepanjang triwulan I-2022, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian nasional bertumbuh 5,01 persen (year on year/yoy). Lumayan baik. Capaian ini…
Selengkapnya » - Market
Bank Mandiri Prediksi Ekonomi 2022 Tumbuh 5,17 Persen
Pertumbuhan serta pembangunan ekonomi daerah, menunjukan perbaikan yang signifikan jika dibandingkan dua tahun sebelumnya. Ekonomi tahun ini diprediksi bertumbuh 5,17…
Selengkapnya » - Market
Lebaran Bangunkan Ekonomi Jabodetabek, Putaran Duitnya Rp55,6 Triliun
Peredaran uang di Jabodetabek selama Lebaran 2022 diperkirakan mencapai Rp55,6 triliun, naik 62,5 persen dari Rp34,8 triliun pada tahun lalu.…
Selengkapnya » - News100), serta peningkatan tren inflasi inti yang menggambarkan perbaikan permintaan masyarakat. Pemulihan konsumsi ini akan mendorong industri untuk berproduksi, tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) yang stabil di level ekspansi (>50) sejak September 2021, serta pertumbuhan kredit perbankan yang terus naik di Februari 2022 sejalan dengan optimisme dunia usaha terhadap ekonomi Indonesia. “Pemerintah akan terus mengawasi berbagai risiko eksternal, terutama konflik Rusia-Ukraina yang berdampak terhadap kenaikan harga dan inflasi dengan terus menjaga daya beli masyarakat,” tegas Ketua Umum DPP Partai Golkar ini." title="Airlangga Sebut Outlook yang Stabil Kunci dari Pemulihan Ekonomi Domestik Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia naik menjadi 5,1 persen. Peningkatan pertumbuhan ini berdasarkan hasil laporan lembaga pemeringkat Standard and Poor’s (S&P) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat menjadi 5,1 persen pada 2022. Dia mengatakan, S&P juga meningkatkan outlook Indonesia dari negative menjadi stabil. Peringkat Indonesia pada level BBB (Investment Grade) pada 27 April 2022 juga bisa dipertahankan. Menurut Airlangga, outlook yang stabil merupakan pengakuan atas peningkatan sektor eksternal nasional, pemulihan ekonomi Indonesia berlanjut selama dua tahun kedepan, dan kemajuan bertahap menuju konsolidasi fiscal pemerintah. "Kita bersyukur setelah dua tahun akhirnya outlook Indonesia ditingkatkan menjadi stabil dari sebelumnya negatif oleh lembaga rating S&P. Ini menandakan kepercayaan investor masih kuat terhadap kredibilitas kebijakan pemerintah dan ketahanan ekonomi Indonesia,” tutur Menko Airlangga dalam keterangan, Sabtu (30/4/2022). Selain itu, lembaga rating S&P juga menilai UU Cipta Kerja akan meningkatkan iklim bisnis dan investasi, serta pertumbuhan potensi ekonomi. Dalam UU Cipta Kerja juga mengatur tarif pajak perusahaan yang lebih rendah dan kebijakan pasar tenaga kerja yang lebih fleksibel. Selain itu, laju pemulihan Indonesia akan terakselerasi lebih lanjut tahun ini setelah tumbuh 3,7 persen pada 2021 dan kontraksi 2,1 persen pada 2020. Hal ini merupakan imbas dari keberhasilan pemerintah dalam menangani COVID-19, dalam hal ini soal cakupan vaksinasi, peningkatan kekebalan kelompok, dan dampak yang lebih ringan dari varian omicron. Sehingga, pemerintah melonggarkan pembatasan dan mendorong normalisasi aktivitas ekonomi. Di sektor ekspor juga mendapatkan manfaat dari peningkatan harga komoditas. Nilai ekspor pada Maret 2022 tercatat mencapai US,50 miliar dan nilai ini meningkat signifikan sebesar 29,42 persen (mtm) atau sebesar 44,36 persen (yoy). Neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2022 kembali mengalami surplus yang cukup besar yakni mencapai US,53 miliar. Peningkatan ekspor mendorong penguatan transaksi berjalan dan kinerja pendapatan yang lebih kuat membantu pemerintah mengkonsolidasikan posisi fiscal. Indikator konsumsi sebagai pemacu utama PDB Indonesia menunjukkan optimisme. Hal ini terlihat dari penjualan ritel yang terus tumbuh positif, Indeks Keyakinan Konsumen di level optimis (>100), serta peningkatan tren inflasi inti yang menggambarkan perbaikan permintaan masyarakat. Pemulihan konsumsi ini akan mendorong industri untuk berproduksi, tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) yang stabil di level ekspansi (>50) sejak September 2021, serta pertumbuhan kredit perbankan yang terus naik di Februari 2022 sejalan dengan optimisme dunia usaha terhadap ekonomi Indonesia. “Pemerintah akan terus mengawasi berbagai risiko eksternal, terutama konflik Rusia-Ukraina yang berdampak terhadap kenaikan harga dan inflasi dengan terus menjaga daya beli masyarakat,” tegas Ketua Umum DPP Partai Golkar ini."Kita bersyukur setelah dua tahun akhirnya outlook Indonesia ditingkatkan menjadi stabil dari sebelumnya negatif oleh lembaga rating S&P. Ini menandakan kepercayaan investor masih kuat terhadap kredibilitas kebijakan pemerintah dan ketahanan ekonomi Indonesia,” tutur Menko Airlangga dalam keterangan, Sabtu (30/4/2022). Selain itu, lembaga rating S&P juga menilai UU Cipta Kerja akan meningkatkan iklim bisnis dan investasi, serta pertumbuhan potensi ekonomi. Dalam UU Cipta Kerja juga mengatur tarif pajak perusahaan yang lebih rendah dan kebijakan pasar tenaga kerja yang lebih fleksibel. Selain itu, laju pemulihan Indonesia akan terakselerasi lebih lanjut tahun ini setelah tumbuh 3,7 persen pada 2021 dan kontraksi 2,1 persen pada 2020. Hal ini merupakan imbas dari keberhasilan pemerintah dalam menangani COVID-19, dalam hal ini soal cakupan vaksinasi, peningkatan kekebalan kelompok, dan dampak yang lebih ringan dari varian omicron. Sehingga, pemerintah melonggarkan pembatasan dan mendorong normalisasi aktivitas ekonomi. Di sektor ekspor juga mendapatkan manfaat dari peningkatan harga komoditas. Nilai ekspor pada Maret 2022 tercatat mencapai US,50 miliar dan nilai ini meningkat signifikan sebesar 29,42 persen (mtm) atau sebesar 44,36 persen (yoy). Neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2022 kembali mengalami surplus yang cukup besar yakni mencapai US,53 miliar. Peningkatan ekspor mendorong penguatan transaksi berjalan dan kinerja pendapatan yang lebih kuat membantu pemerintah mengkonsolidasikan posisi fiscal. Indikator konsumsi sebagai pemacu utama PDB Indonesia menunjukkan optimisme. Hal ini terlihat dari penjualan ritel yang terus tumbuh positif, Indeks Keyakinan Konsumen di level optimis (>100), serta peningkatan tren inflasi inti yang menggambarkan perbaikan permintaan masyarakat. Pemulihan konsumsi ini akan mendorong industri untuk berproduksi, tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) yang stabil di level ekspansi (>50) sejak September 2021, serta pertumbuhan kredit perbankan yang terus naik di Februari 2022 sejalan dengan optimisme dunia usaha terhadap ekonomi Indonesia. “Pemerintah akan terus mengawasi berbagai risiko eksternal, terutama konflik Rusia-Ukraina yang berdampak terhadap kenaikan harga dan inflasi dengan terus menjaga daya beli masyarakat,” tegas Ketua Umum DPP Partai Golkar ini." title="Airlangga Sebut Outlook yang Stabil Kunci dari Pemulihan Ekonomi Domestik Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia naik menjadi 5,1 persen. Peningkatan pertumbuhan ini berdasarkan hasil laporan lembaga pemeringkat Standard and Poor’s (S&P) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat menjadi 5,1 persen pada 2022. Dia mengatakan, S&P juga meningkatkan outlook Indonesia dari negative menjadi stabil. Peringkat Indonesia pada level BBB (Investment Grade) pada 27 April 2022 juga bisa dipertahankan. Menurut Airlangga, outlook yang stabil merupakan pengakuan atas peningkatan sektor eksternal nasional, pemulihan ekonomi Indonesia berlanjut selama dua tahun kedepan, dan kemajuan bertahap menuju konsolidasi fiscal pemerintah. "Kita bersyukur setelah dua tahun akhirnya outlook Indonesia ditingkatkan menjadi stabil dari sebelumnya negatif oleh lembaga rating S&P. Ini menandakan kepercayaan investor masih kuat terhadap kredibilitas kebijakan pemerintah dan ketahanan ekonomi Indonesia,” tutur Menko Airlangga dalam keterangan, Sabtu (30/4/2022). Selain itu, lembaga rating S&P juga menilai UU Cipta Kerja akan meningkatkan iklim bisnis dan investasi, serta pertumbuhan potensi ekonomi. Dalam UU Cipta Kerja juga mengatur tarif pajak perusahaan yang lebih rendah dan kebijakan pasar tenaga kerja yang lebih fleksibel. Selain itu, laju pemulihan Indonesia akan terakselerasi lebih lanjut tahun ini setelah tumbuh 3,7 persen pada 2021 dan kontraksi 2,1 persen pada 2020. Hal ini merupakan imbas dari keberhasilan pemerintah dalam menangani COVID-19, dalam hal ini soal cakupan vaksinasi, peningkatan kekebalan kelompok, dan dampak yang lebih ringan dari varian omicron. Sehingga, pemerintah melonggarkan pembatasan dan mendorong normalisasi aktivitas ekonomi. Di sektor ekspor juga mendapatkan manfaat dari peningkatan harga komoditas. Nilai ekspor pada Maret 2022 tercatat mencapai US,50 miliar dan nilai ini meningkat signifikan sebesar 29,42 persen (mtm) atau sebesar 44,36 persen (yoy). Neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2022 kembali mengalami surplus yang cukup besar yakni mencapai US,53 miliar. Peningkatan ekspor mendorong penguatan transaksi berjalan dan kinerja pendapatan yang lebih kuat membantu pemerintah mengkonsolidasikan posisi fiscal. Indikator konsumsi sebagai pemacu utama PDB Indonesia menunjukkan optimisme. Hal ini terlihat dari penjualan ritel yang terus tumbuh positif, Indeks Keyakinan Konsumen di level optimis (>100), serta peningkatan tren inflasi inti yang menggambarkan perbaikan permintaan masyarakat. Pemulihan konsumsi ini akan mendorong industri untuk berproduksi, tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) yang stabil di level ekspansi (>50) sejak September 2021, serta pertumbuhan kredit perbankan yang terus naik di Februari 2022 sejalan dengan optimisme dunia usaha terhadap ekonomi Indonesia. “Pemerintah akan terus mengawasi berbagai risiko eksternal, terutama konflik Rusia-Ukraina yang berdampak terhadap kenaikan harga dan inflasi dengan terus menjaga daya beli masyarakat,” tegas Ketua Umum DPP Partai Golkar ini." decoding="async" />
Airlangga Sebut Outlook yang Stabil Kunci dari Pertumbuhan Ekonomi
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia naik menjadi 5,1 persen. Peningkatan pertumbuhan ini berdasarkan hasil laporan lembaga pemeringkat…
Selengkapnya »
100), serta peningkatan tren inflasi inti yang menggambarkan perbaikan permintaan masyarakat. Pemulihan konsumsi ini akan mendorong industri untuk berproduksi, tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) yang stabil di level ekspansi (>50) sejak September 2021, serta pertumbuhan kredit perbankan yang terus naik di Februari 2022 sejalan dengan optimisme dunia usaha terhadap ekonomi Indonesia. “Pemerintah akan terus mengawasi berbagai risiko eksternal, terutama konflik Rusia-Ukraina yang berdampak terhadap kenaikan harga dan inflasi dengan terus menjaga daya beli masyarakat,” tegas Ketua Umum DPP Partai Golkar ini." title="Airlangga Sebut Outlook yang Stabil Kunci dari Pemulihan Ekonomi Domestik Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia naik menjadi 5,1 persen. Peningkatan pertumbuhan ini berdasarkan hasil laporan lembaga pemeringkat Standard and Poor’s (S&P) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat menjadi 5,1 persen pada 2022. Dia mengatakan, S&P juga meningkatkan outlook Indonesia dari negative menjadi stabil. Peringkat Indonesia pada level BBB (Investment Grade) pada 27 April 2022 juga bisa dipertahankan. Menurut Airlangga, outlook yang stabil merupakan pengakuan atas peningkatan sektor eksternal nasional, pemulihan ekonomi Indonesia berlanjut selama dua tahun kedepan, dan kemajuan bertahap menuju konsolidasi fiscal pemerintah. "Kita bersyukur setelah dua tahun akhirnya outlook Indonesia ditingkatkan menjadi stabil dari sebelumnya negatif oleh lembaga rating S&P. Ini menandakan kepercayaan investor masih kuat terhadap kredibilitas kebijakan pemerintah dan ketahanan ekonomi Indonesia,” tutur Menko Airlangga dalam keterangan, Sabtu (30/4/2022). Selain itu, lembaga rating S&P juga menilai UU Cipta Kerja akan meningkatkan iklim bisnis dan investasi, serta pertumbuhan potensi ekonomi. Dalam UU Cipta Kerja juga mengatur tarif pajak perusahaan yang lebih rendah dan kebijakan pasar tenaga kerja yang lebih fleksibel. Selain itu, laju pemulihan Indonesia akan terakselerasi lebih lanjut tahun ini setelah tumbuh 3,7 persen pada 2021 dan kontraksi 2,1 persen pada 2020. Hal ini merupakan imbas dari keberhasilan pemerintah dalam menangani COVID-19, dalam hal ini soal cakupan vaksinasi, peningkatan kekebalan kelompok, dan dampak yang lebih ringan dari varian omicron. Sehingga, pemerintah melonggarkan pembatasan dan mendorong normalisasi aktivitas ekonomi. Di sektor ekspor juga mendapatkan manfaat dari peningkatan harga komoditas. Nilai ekspor pada Maret 2022 tercatat mencapai US,50 miliar dan nilai ini meningkat signifikan sebesar 29,42 persen (mtm) atau sebesar 44,36 persen (yoy). Neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2022 kembali mengalami surplus yang cukup besar yakni mencapai US,53 miliar. Peningkatan ekspor mendorong penguatan transaksi berjalan dan kinerja pendapatan yang lebih kuat membantu pemerintah mengkonsolidasikan posisi fiscal. Indikator konsumsi sebagai pemacu utama PDB Indonesia menunjukkan optimisme. Hal ini terlihat dari penjualan ritel yang terus tumbuh positif, Indeks Keyakinan Konsumen di level optimis (>100), serta peningkatan tren inflasi inti yang menggambarkan perbaikan permintaan masyarakat. Pemulihan konsumsi ini akan mendorong industri untuk berproduksi, tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) yang stabil di level ekspansi (>50) sejak September 2021, serta pertumbuhan kredit perbankan yang terus naik di Februari 2022 sejalan dengan optimisme dunia usaha terhadap ekonomi Indonesia. “Pemerintah akan terus mengawasi berbagai risiko eksternal, terutama konflik Rusia-Ukraina yang berdampak terhadap kenaikan harga dan inflasi dengan terus menjaga daya beli masyarakat,” tegas Ketua Umum DPP Partai Golkar ini."Kita bersyukur setelah dua tahun akhirnya outlook Indonesia ditingkatkan menjadi stabil dari sebelumnya negatif oleh lembaga rating S&P. Ini menandakan kepercayaan investor masih kuat terhadap kredibilitas kebijakan pemerintah dan ketahanan ekonomi Indonesia,” tutur Menko Airlangga dalam keterangan, Sabtu (30/4/2022). Selain itu, lembaga rating S&P juga menilai UU Cipta Kerja akan meningkatkan iklim bisnis dan investasi, serta pertumbuhan potensi ekonomi. Dalam UU Cipta Kerja juga mengatur tarif pajak perusahaan yang lebih rendah dan kebijakan pasar tenaga kerja yang lebih fleksibel. Selain itu, laju pemulihan Indonesia akan terakselerasi lebih lanjut tahun ini setelah tumbuh 3,7 persen pada 2021 dan kontraksi 2,1 persen pada 2020. Hal ini merupakan imbas dari keberhasilan pemerintah dalam menangani COVID-19, dalam hal ini soal cakupan vaksinasi, peningkatan kekebalan kelompok, dan dampak yang lebih ringan dari varian omicron. Sehingga, pemerintah melonggarkan pembatasan dan mendorong normalisasi aktivitas ekonomi. Di sektor ekspor juga mendapatkan manfaat dari peningkatan harga komoditas. Nilai ekspor pada Maret 2022 tercatat mencapai US,50 miliar dan nilai ini meningkat signifikan sebesar 29,42 persen (mtm) atau sebesar 44,36 persen (yoy). Neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2022 kembali mengalami surplus yang cukup besar yakni mencapai US,53 miliar. Peningkatan ekspor mendorong penguatan transaksi berjalan dan kinerja pendapatan yang lebih kuat membantu pemerintah mengkonsolidasikan posisi fiscal. Indikator konsumsi sebagai pemacu utama PDB Indonesia menunjukkan optimisme. Hal ini terlihat dari penjualan ritel yang terus tumbuh positif, Indeks Keyakinan Konsumen di level optimis (>100), serta peningkatan tren inflasi inti yang menggambarkan perbaikan permintaan masyarakat. Pemulihan konsumsi ini akan mendorong industri untuk berproduksi, tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) yang stabil di level ekspansi (>50) sejak September 2021, serta pertumbuhan kredit perbankan yang terus naik di Februari 2022 sejalan dengan optimisme dunia usaha terhadap ekonomi Indonesia. “Pemerintah akan terus mengawasi berbagai risiko eksternal, terutama konflik Rusia-Ukraina yang berdampak terhadap kenaikan harga dan inflasi dengan terus menjaga daya beli masyarakat,” tegas Ketua Umum DPP Partai Golkar ini." title="Airlangga Sebut Outlook yang Stabil Kunci dari Pemulihan Ekonomi Domestik Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia naik menjadi 5,1 persen. Peningkatan pertumbuhan ini berdasarkan hasil laporan lembaga pemeringkat Standard and Poor’s (S&P) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat menjadi 5,1 persen pada 2022. Dia mengatakan, S&P juga meningkatkan outlook Indonesia dari negative menjadi stabil. Peringkat Indonesia pada level BBB (Investment Grade) pada 27 April 2022 juga bisa dipertahankan. Menurut Airlangga, outlook yang stabil merupakan pengakuan atas peningkatan sektor eksternal nasional, pemulihan ekonomi Indonesia berlanjut selama dua tahun kedepan, dan kemajuan bertahap menuju konsolidasi fiscal pemerintah. "Kita bersyukur setelah dua tahun akhirnya outlook Indonesia ditingkatkan menjadi stabil dari sebelumnya negatif oleh lembaga rating S&P. Ini menandakan kepercayaan investor masih kuat terhadap kredibilitas kebijakan pemerintah dan ketahanan ekonomi Indonesia,” tutur Menko Airlangga dalam keterangan, Sabtu (30/4/2022). Selain itu, lembaga rating S&P juga menilai UU Cipta Kerja akan meningkatkan iklim bisnis dan investasi, serta pertumbuhan potensi ekonomi. Dalam UU Cipta Kerja juga mengatur tarif pajak perusahaan yang lebih rendah dan kebijakan pasar tenaga kerja yang lebih fleksibel. Selain itu, laju pemulihan Indonesia akan terakselerasi lebih lanjut tahun ini setelah tumbuh 3,7 persen pada 2021 dan kontraksi 2,1 persen pada 2020. Hal ini merupakan imbas dari keberhasilan pemerintah dalam menangani COVID-19, dalam hal ini soal cakupan vaksinasi, peningkatan kekebalan kelompok, dan dampak yang lebih ringan dari varian omicron. Sehingga, pemerintah melonggarkan pembatasan dan mendorong normalisasi aktivitas ekonomi. Di sektor ekspor juga mendapatkan manfaat dari peningkatan harga komoditas. Nilai ekspor pada Maret 2022 tercatat mencapai US,50 miliar dan nilai ini meningkat signifikan sebesar 29,42 persen (mtm) atau sebesar 44,36 persen (yoy). Neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2022 kembali mengalami surplus yang cukup besar yakni mencapai US,53 miliar. Peningkatan ekspor mendorong penguatan transaksi berjalan dan kinerja pendapatan yang lebih kuat membantu pemerintah mengkonsolidasikan posisi fiscal. Indikator konsumsi sebagai pemacu utama PDB Indonesia menunjukkan optimisme. Hal ini terlihat dari penjualan ritel yang terus tumbuh positif, Indeks Keyakinan Konsumen di level optimis (>100), serta peningkatan tren inflasi inti yang menggambarkan perbaikan permintaan masyarakat. Pemulihan konsumsi ini akan mendorong industri untuk berproduksi, tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) yang stabil di level ekspansi (>50) sejak September 2021, serta pertumbuhan kredit perbankan yang terus naik di Februari 2022 sejalan dengan optimisme dunia usaha terhadap ekonomi Indonesia. “Pemerintah akan terus mengawasi berbagai risiko eksternal, terutama konflik Rusia-Ukraina yang berdampak terhadap kenaikan harga dan inflasi dengan terus menjaga daya beli masyarakat,” tegas Ketua Umum DPP Partai Golkar ini." decoding="async" />