Market

Surplus Perdagangan Indonesia Diproyeksi Berkurang Dampak Tarif Trump


Sebuah survei yang dilakukan Reuters terhadap para analis memproyeksi surplus perdagangan Indonesia pada April 2025 akan menyempit menjadi US$2.75 miliar (Rp45 triliun) karena ekspor dan impor sama-sama memperlihatkan kenaikan.

Perdagangan global saat ini menghadapi ancaman pemberlakuan tarif impor baru oleh Amerika Serikat atau yang populer disebut tarif Trump. Tarif ini sekarang ditunda sementara pemberlakuannya untuk memungkinkan dilakukannya negosiasi.

Indonesia adalah negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, yang pada Maret 2025 membukukan surplus perdagangan sebesar US$4.33 miliar (Rp71 triliun). Angka itu lebih besar dari yang diperkirakan di tengah tingginya ekspor minyak kelapa sawit dan nikel serta Indonesia yang diburu-buru untuk memulai negosiasi tarif Trump.

Baca Juga:  Punya Iklim Panas Stabil, NTT Dinilai Cocok Jadi Tempat Produksi Garam

Pemerintah saat ini sedang bernegosiasi untuk menurunkan tarif impor 32 persen yang bakal dikenakan Amerika Serikat pada produk-produk Indonesia. Washington menawarkan agar Indonesia mau membeli lebih banyak barang-barang dari Negeri Abang Sam untuk menyeimbangkan nilai perdagangan kedua negara.  

Jika tidak ada aral melintang, tarif Trump akan diberlakukan setelah Juli 2025.  

Sebelum tarif Trump diumumkan, ekspor Indonesia sudah bangkit dari level terendahnya setelah berakhirnya lonjakan komoditas pada 2022.  

Analis dalam survei Reuters yang dipublikasi pada Rabu (14/5/2025) itu memperkirakan ekspor Indonesia akan naik 5.75 persen (yoy) pada April 2025 melampaui rata-rata pertumbuhan surplus perdagangan pada Maret 2025 sebesar 3.16 persen.

Baca Juga:  JK: Ekonomi Islam Tidak Boleh Monopoli dan Spekulatif

Sedangkan impor pada April 2025 diperkirakan timbuh 6.50 persen atau akan menjadi yang terkuat dalam empat bulan terakhir, termasuk bulan sebelumnya yang tercatat 5.34 persen.

Back to top button