News

Setidaknya Sudah 57 Warga Palestina Mati Kelaparan akibat Blokade Israel


Setidaknya 57 warga Palestina mati kelaparan di Gaza saat blokade kejam Israel terhadap makanan, air, dan bantuan penting lainnya ke daerah kantong yang terkepung itu memasuki bulan ketiga di tengah pemboman tiada henti.

Kantor Media Pemerintah Gaza mengatakan kemarin, sebagian besar korban adalah anak-anak, serta orang sakit dan lanjut usia. Kantor media itu juga mengutuk penggunaan blokade makanan terus-menerus oleh pendudukan Israel sebagai senjata perang dan mendesak masyarakat internasional memberikan tekanan pada Israel agar membuka kembali perbatasan serta mengizinkan masuknya bantuan.

Gaza telah berada di bawah blokade total Israel sejak 2 Maret. Video yang diperoleh Al Jazeera Arabic menunjukkan sejumlah besar truk yang membawa pasokan penting menumpuk di perbatasan antara Mesir dan Jalur Gaza. Antrian memanjang ke selatan di luar kota Arish, yang terletak sekitar 45 kilometer (28 mil) dari perbatasan Rafah.

Baca Juga:  Korban Tewas Gempa Myanmar Tembus 3.600 Jiwa

Salah satu korban meninggal terakhir adalah seorang bayi perempuan bernama Janan Saleh al-Sakafi, yang meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi di Rumah Sakit Rantisi, sebelah barat Kota Gaza. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lebih dari 9.000 anak telah dirawat di rumah sakit untuk perawatan kekurangan gizi akut sejak awal tahun. 

Hani Mahmoud dalam laporannya mengutip Al Jazeera mengatakan ia telah menyaksikan pemandangan memilukan dari anak-anak yang mengacak-acak sampah, mencari sisa-sisa makanan kaleng. Daerah kantong itu, tambahnya, telah mencapai titik kritis karena organisasi-organisasi internasional kehabisan persediaan dan dapur umum tidak dapat menyiapkan makanan untuk para pengungsi.

“Menemukan satu porsi makanan saja sudah menjadi pencarian yang mustahil,” kata Ahmad al-Najjar, seorang pengungsi Palestina di Kota Gaza. “Orang-orang di sini telah menyaksikan satu demi satu badan amal menyatakan bahwa mereka kehabisan persediaan, bahwa mereka menutup operasinya karena mereka tidak mampu … memberikan bantuan yang dibutuhkan penduduk.”

Baca Juga:  Tak Punya Empati ke Rakyat, Bahlil Mestinya Copot Misbakhun dari Ketua Komisi XI DPR

“Sangat membuat frustrasi dan marah ketika truk-truk yang menumpuk di seberang pagar ditolak masuk sementara orang-orang, bahkan anak-anak, berada dalam kondisi yang mengerikan,” tambahnya.

Rumah Sakit Hadapi Kekurangan Akut

Suhaib al-Hams, Direktur Rumah Sakit Kuwait di Rafah, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa layanan medis mengalami kekurangan akut lebih dari 75 persen obat-obatan penting, dengan persediaan yang tersisa hanya sekitar seminggu.

Ia memperingatkan bahwa sebagian besar layanan medis di daerah kantong itu akan berhenti tanpa intervensi segera untuk membuka kembali perbatasan dan mengizinkan masuknya bantuan medis maupun kemanusiaan. Ia menambahkan bahwa pasien, yang meninggal perlahan setiap hari tanpa perawatan perlu dievakuasi segera.

Baca Juga:  Disentil Wamenaker, Pramono tak Bisa Jawab soal Batas Usia Rekrutmen PPSU

Blokade ini merupakan penutupan terpanjang yang pernah dialami Jalur Gaza. Menurut Kementerian Kesehatan pasukan Israel terus membombardir wilayah tersebut, menewaskan sedikitnya 70 warga Palestina dan melukai 275 lainnya selama dua hari mulai Kamis hingga Sabtu pagi.

Menurut Kementerian Kesehatan, perang Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 52.495 orang dan melukai 118.366 orang sejak 7 Oktober 2023. Ribuan orang lainnya yang hilang di bawah reruntuhan diperkirakan tewas.

Back to top button