Saung Kamar Mandi Hadir di Baduy, Wisatawan Kini Bisa Bilas Tanpa Langgar Adat


Berkunjung ke Kampung Baduy memang menawarkan pengalaman wisata budaya yang autentik. Namun, satu tantangan klasik yang sering dihadapi wisatawan adalah minimnya fasilitas dasar, terutama untuk mandi atau sekadar membasuh diri setelah menempuh perjalanan jauh. Kini, tantangan itu mulai teratasi.

Germany Brilliant (GB), produsen perlengkapan kamar mandi, bersama Lembaga Sertifikasi Profesi Desain Interior Indonesia (LSPDI) dan Bazar Bangunan, meresmikan lima saung kamar mandi di Baduy Luar, Lebak, Banten.

Inisiatif ini merupakan bentuk kolaborasi dengan masyarakat adat Baduy untuk menciptakan fasilitas umum yang tetap menghormati nilai-nilai tradisi.

“Wisata ke Baduy selalu menyegarkan, tapi kami melihat langsung kebutuhan mendasar yang belum terfasilitasi dengan baik. Karena kami bergerak di bidang sanitary, rasanya inilah bentuk kontribusi yang tepat,” ujar Yapto Wijaya, General Manager Germany Brilliant, saat peresmian baru baru ini.

Dibangun Bersama, Sesuai Aturan Adat

Lima saung kamar mandi yang dibangun tersebar di Kaduketug 1, Kaduketug 2, Kaduketug 3, Legok Jeruk, dan Cicakal Muara. Proses perancangannya tidak bisa sembarangan. Setiap desain harus melewati diskusi panjang dengan para tetua adat dan arsitek lokal Baduy agar sesuai dengan kaidah budaya.

Rohadi, Direktur LSPDI, mengaku hingga tiga kali mengajukan desain yang ditolak sebelum akhirnya diterima. “Di sini semua harus sesuai adat, dari bentuk, bahan, hingga posisi bangunan. Tidak bisa asal bikin meski niatnya baik,” ungkapnya.

Uniknya, air di saung kamar mandi ini langsung dialirkan dari pegunungan tanpa mesin. Proses pembangunannya pun tetap melibatkan warga lokal, memastikan keseimbangan antara modernitas fungsi dan kearifan lokal.

Bukan Hanya Untuk Wisatawan

Menurut Jaro Oom, Ketua Adat Kampung Baduy Luar, saung kamar mandi ini tak hanya memudahkan wisatawan, tapi juga bermanfaat bagi warga Baduy sendiri.

“Alhamdulillah, ini membantu kami dan para tamu yang datang ke Baduy. Semoga dengan adanya saung ini, wisatawan juga semakin banyak yang berkunjung ke sini,” tuturnya.

Selain membangun fasilitas, GB dan tim juga menyerahkan bantuan sembako kepada masyarakat Baduy sebagai wujud kepedulian sosial.

Wisata Nyaman, Budaya Tetap Dijaga

Inisiatif ini sejalan dengan program Kementerian Pariwisata yang menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mencapai 16 juta pada 2025. Penguatan infrastruktur pendukung, termasuk di desa wisata seperti Baduy, menjadi bagian dari upaya menciptakan pengalaman wisata yang berkualitas.

“Saung kamar mandi ini sederhana, tapi dampaknya besar. Wisatawan bisa lebih nyaman tanpa mengganggu ketertiban adat. Ini bukti bahwa wisata berbasis budaya tetap bisa berkembang dengan cara yang selaras dan menghormati kearifan lokal,” kata Yapto.

Dengan hadirnya fasilitas ini, wisata ke Baduy diharapkan tak lagi sekadar soal berjalan kaki menelusuri alam dan tradisi, tapi juga menikmati keramahan dengan fasilitas yang layak dan manusiawi.

Exit mobile version