Korea Utara baru-baru ini meluncurkan kapal kelas perusak seberat 4.535 ton diberi nama Choe Hyon yang menurut beberapa analis dapat dilengkapi dengan rudal nuklir taktis jarak pendek. Kapal perang baru itu kemungkinan melibatkan bantuan Rusia.
Juru bicara Kepala Staf Gabungan (JCS) Lee Sung-jun, Kamis (1/5/2025) mengatakan kepada wartawan di Korea Selatan bahwa Rusia mungkin telah memberikan bantuan untuk kapal perang tersebut. “Melihat senjata dan peralatan yang ditemukan, kami yakin ada kemungkinan mereka menerima teknologi, dana, atau bantuan dari Rusia,” kata Lee. “Kami sedang melakukan analisis yang lebih rinci.”
Korea Utara awal pekan ini mengonfirmasi untuk pertama kalinya telah mengerahkan pasukan ke Rusia untuk mendukung Moskow dalam perangnya di Ukraina. Kedua negara juga mengumumkan minggu ini bahwa mereka telah mulai membangun jembatan berikut jalan yang menghubungkan kedua negara tetangga.
Korea Utara telah melakukan uji coba pertama sistem persenjataan kapal perang barunya. Menurut Kantor Berita resmi Pyongyang, Pemimpin Korut Kim Jong Un mengawasi hari pertama dari uji coba senjata selama dua hari kapal tersebut. Ia memerintahkan pejabat untuk bekerja pada percepatan persenjataan nuklir angkatan laut. Korut mengatakan kapal perusak tersebut, yang diklaim dilengkapi dengan senjata paling kuat, akan mulai beroperasi awal tahun depan.
Selama pengujian, Kim mengatakan sistem senjata berbasis kapal Korea Utara dikombinasikan secara efektif dengan sarana serangan paling kuat termasuk rudal jelajah supersonik, rudal jelajah strategis, dan rudal balistik taktis.
Lee kembali menambahkan, penerapannya kemungkinan memerlukan lebih banyak waktu. Untuk kapal perang, dibutuhkan waktu beberapa tahun untuk membangunnya. Bahkan setelah selesai, dibutuhkan waktu tambahan agar kapal tersebut dapat beroperasi. “Jadi meskipun Choe Hyon telah diluncurkan, tampaknya masih diperlukan waktu yang jauh lebih lama untuk penyebarannya (operasional),” kata juru bicara JCS itu.
