Ribuan CPNS Mundur, Kurangnya Sosialisasi Memupus Harapan

Baru juga dinyatakan lulus menjadi abdi negara, ribuan calon pegawai negeri sipil (CPNS) 2024 lebih memilih mundur teratur. Fenomena ini menjadi sorotan. Pemerintahan dan kementerian atau lembaga terkait termasuk para pejuang CPNS pun ikut prihatin.
Fakhriansyah (27), CPNS 2024 yang lolos tes dengan penuh peluh dan derita bahkan harus mengikuti seleksi dua tahun berturut-turut, ikut mengelus dada melihat rekan seperjuangannya memilih angkat kaki sebelum sempat duduk di kursi empuk dengan fasilitas negara itu.
“Sayang banget. Ujiannya susah lho, apalagi buat yang benar-benar niat jadi abdi negara. Memang banyak alasan, enggak diizinkan orang tua, mungkin tidak bisa jauh dari keluarga atau penempatannya jauh. Jadi sebenarnya make sense pengunduran diri mereka,” kata Fakhri, saat berbincang dengan Inilah.com, Rabu (30/4/2025).
Ia mengenang proses tes yang panjang dan berliku termasuk harus berhadapan dengan sulitnya masuk ke halaman SSCASN (Sistem Seleksi Calon Aparatur Sipil Negara). Namun Fakhri mengakui, sistem pendaftaran CPNS sebetulnya sudah sesuai dengan formasi ataupun minat si pelamar ketika mendaftar. Bahkan, tes ujian dan wawancara terbilang memudahkan karena lewat sistem daring.
Ia menambahkan, ada beberapa yang mewajibkan tes secara tatap muka. “Misalnya di Kemenkumham itu ada tes minat bakat yang harus dilakukan secara langsung. Jadi sebenarnya tidak kuno, dari pendaftaran, tes sampai pengumuman itu dilakukan secara terstruktur sepengalaman saya, ya kalau soal formasi mungkin beda,” tuturnya.
Mundurnya CPNS seharusnya menjadi catatan pemerintah. Di antaranya, alasan mundur itu karena penempatan yang terlalu jauh dari domisili dan penghasilan yang dianggap tidak sesuai ekspektasi. Padahal formasi dan penempatan biasanya menyesuaikan dengan minat posisi yang dipilih para CPNS.
Tidak hanya itu, skema optimalisasi formasi kosong juga menjadi salah satu alasan CPNS memilih tidak melanjutkan administrasinya. Dengan begitu, Fakhri tak bisa memungkiri kurangnya sosialisasi dari pemerintah menjadi salah satu faktor munculnya fenomena ini.
“Pandangan pribadi saya, sebelum mereka mendaftar seharusnya ada kesepakatan antara pendaftar dan pihak pemberi kerja, dalam hal ini pemerintah, untuk bersedia ditempatkan di mana saja,” ujar Fahkri.
Seharusnya, Ia menyebut, para CPNS ini ditempatkan sesuai formasi dan minat yang dipilih sejak awal pendaftaran. Namun, Fakhri tak memungkiri memang tes CPNS ini bertujuan untuk mengisi formasi yang kosong di kementerian atau lembaga maupun pemerintahan setempat.
Fakhri berharap kejadian ini bisa dijadikan bahan evaluasi pemerintah ke depan dalam sistem penerimaan CPNS, khususnya dalam hal sosialisasi. “Seribu sekian CPNS ini lumayan banyak loh, agak sayang sebetulnya. Kasus ini memang tidak berdampak kepada pemerintah karena setiap tahunnya pasti ada kasus CPNS yang mengundurkan diri,” ucapnya.
Mungkin pemerintah harus lebih aktif edukasi, bukan cuma promosi. Biar yang daftar tahu betul bahwa menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) bukan hanya urusan gaji tetap dan pensiun tenang, tapi juga pengabdian nyata meski harus tinggal di pelosok daerah.