Review Honor Pad 9: Partner WFA Lebaran dengan Layar Jumbo, Suara Kencang, dan Gaya iPad

Selama work from anywhere (WFA) di kampung halaman keluarga di Semarang saat Lebaran 2025, saya menemukan satu hal yang lebih menyenangkan dari ketupat sama opor ayam dan semur daging: bekerja dengan Honor Pad 9. Tablet ini bukan cuma alat kerja, tapi juga perangkat hiburan yang menyatu dengan irama libur lebaran: tenang, fleksibel, dan surprisingly powerful.
“Teknologi terbaik adalah yang tidak terasa seperti teknologi.” Kalimat Steve Jobs ini langsung terngiang saat saya menggunakan Honor Pad 9 selama WFA di masa piket libur Lebaran 2025. Dalam balutan desain ramping dan layar lega, tablet mid-range ini menyuguhkan keseimbangan antara produktivitas dan hiburan, tanpa membuat penggunanya merasa sedang mengoperasikan mesin yang kompleks atau ‘rempong’ menilik bahasa gaulnya. Untuk perangkat seharga Rp4 jutaan—sudah termasuk keyboard Bluetooth—pengalaman pengguna yang ditawarkan justru terasa mendekati premium.
Banyak tablet Android di kelas menengah yang terjebak dalam identitas ambigu: terlalu lemah untuk kerja serius, terlalu kaku untuk hiburan kasual. Namun, Honor Pad 9 tampaknya berhasil menemukan titik tengah itu.
Dengan MagicOS 7.2 yang dibangun di atas Android 13, layar 2.5K refresh rate 120Hz, dan sistem audio delapan speaker, tablet ini tampil percaya diri sebagai alternatif bagi iPad—dengan setengah harga. Dalam konteks WFA, ia menjelma sebagai perangkat yang bisa diajak kompromi antara nulis, video call sambil makan ketupat, main game, baca manga hingga nonton drama Korea sebelum tidur.
Dunia kerja hybrid pasca-pandemi telah menggeser standar perangkat kerja harian. “Produktivitas masa kini tidak lagi soal performa tertinggi, tapi soal portabilitas, kenyamanan, dan daya tahan,” kata Benedict Evans, analis teknologi global. Dalam konteks itulah, Honor Pad 9 tampil sebagai solusi yang relevan: ringan di tas, tahan lama di baterai, cukup cerdas dalam multitasking, dan bisa dipakai di ruang tamu kampung atau kafe ibukota tanpa rasa malu. Seperti apa pengalaman lengkapnya? Berikut ulasannya.
Desain Ramping, Bodi Kokoh, Feel Premium
Honor Pad 9 tampil elegan dengan bodi aluminium dan layar 12,1 inci yang nyaris tanpa bezel. Tipisnya cuma 6,9 mm dan bobot 555 gram membuat tablet ini ringan di tas dan nyaman dipangku saat duduk santai di teras sambil menyelesaikan deadline artikel.
Build-nya terasa premium—cukup berbeda dengan banyak tablet Android lain di segmen mid-range. Tidak ada fingerprint sensor, tapi face unlock-nya bekerja cukup cepat, bahkan saat saya memakainya dengan peci lengkap dengan sarung.
Layar Imersif, Refresh Rate 120Hz
Layar IPS LCD 2.5K dengan refresh rate 120Hz benar-benar jadi highlight utama. Warna tajam, responsif, dan cerah di bawah matahari siang.
Saya mengetik naskah, edit foto ringan, baca manga One Piece sampai main game Honkai Star Rail dalam satu perangkat, dan semua tampak mulus dan hidup.

MagicOS 7.2 berbasis Android 13 menawarkan pengalaman multitasking yang sangat bersahabat—dari split screen, floating apps, hingga “large folder” yang praktis untuk akses cepat aplikasi favorit. Gesture-nya pun intuitif dan terasa sekelas iPad.
Performa Cukup untuk Kerja dan Hiburan
Ditenagai Snapdragon 6 Gen 1 dan RAM 8GB, performanya memang tidak untuk gaming berat atau multitasking ekstrem, tapi sangat cukup untuk kerja harian jurnalis: buka Google Docs, riset di Chrome, Zoom meeting, edit podcast, semua lancar.
Bahkan sempat saya tes buka dua dokumen dan satu YouTube bersamaan, masih stabil.
Skor Geekbench-nya tak bisa saingi iPad, tapi pengalaman nyatanya: bisa diajak kerja dengan tenang dan multitugas dengan santai.
Delapan Speaker, Tapi Kurang Bass
Honor Pad 9 mengklaim punya delapan speaker dengan kualitas Hi-Res Audio.
Dalam praktiknya? Suaranya cukup kencang dan jernih untuk meeting dan nonton, tapi terasa “tipis” alias kurang bass saat dipakai mendengarkan musik EDM atau film dengan efek suara intens. Solusinya? Pakai TWS atau headphone Bluetooth.
Baterai Tahan, Charging Cepat
Baterai 8.300 mAh bertahan lebih dari 11 jam untuk aktivitas ringan—membaca, nulis, browsing, bahkan menonton YouTube nonstop.
Pengisian dayanya mendukung fast charging 35W. Saya sempat mengisi dari 0% ke 100% dalam waktu sekitar 2 jam pakai charger 35W bawaan.
Kamera? Sekadar Ada
13MP kamera belakang dan 8MP depan cukup oke untuk video call atau foto dokumen.
Tapi jangan berharap lebih. Detail kurang tajam dan warna cenderung kusam. Cocok untuk keperluan darurat, bukan alat dokumentasi utama.
Keyboard Tambahan yang Fungsional Tapi Butuh Perhatian
Keyboard Bluetooth Honor cukup nyaman dipakai mengetik, dengan key travel yang mantap.
Namun, tidak ada koneksi langsung ke tablet—keduanya berdiri sendiri, jadi harus dicas terpisah.
Sudut kemiringan tidak bisa diatur, agak kurang ergonomis untuk waktu mengetik panjang.
Kesimpulan: Tablet Android Mid-Range yang Patut Dilirik
Honor Pad 9 bukan tablet sempurna. Tapi dalam kategori harga Rp4 jutaan, ia menawarkan pengalaman tablet yang solid: desain cantik, layar jempolan, baterai tahan lama, dan software yang nyaris menyamai keluwesan iPadOS. Cocok untuk jurnalis, pelajar, atau siapa pun yang ingin bekerja dan hiburan dalam satu perangkat praktis.
Singkatnya, Honor Pad 9 adalah tablet yang tahu diri—tidak sok premium, tapi juga tidak asal jadi. Jika Anda membelinya, kecil kemungkinan Anda merasa seperti kena jebakan isi kaleng Khong Guan. Padahal, yang ramai waktu Lebaran kemarin justru rengginang—tapi ini satu kaleng berisi semua yang benar-benar bisa dinikmati.