Respons Kritikan, Misbakhun: Tak Ada yang Lebih Penting daripada Kepentingan Partai dan Negara

Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun akhirnya buka suara perihal kritikan terhadap dirinya yang dianggap lebih mementingkan hobi ketimbang pekerjaan. Dia kedapatan terbang ke Boston Amerika Serikat, untuk mengikuti kegiatan marathon di saat rupiah sedang ambruk. Aksinya ini bahkan disentil langsung oleh Ketum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia.
“Sebagai politisi tidak ada yang lebih berharga dari negara dan partai, memutuskan menjadi politisi itu artinya, memutuskan untuk mendapatkan mengabdi dengan sepenuh hati, mau tanggal merah panjang, jika Bapak Ketum Partai dan Negara membutuhkan, tetap saja kepentingan partai dan negara harus diutamakan,” ucap Misbakhun kepada Inilah.com saat dihubungi di Jakarta, Jumat (18/4/2025).
Ia menjelaskan, ketika tahu ditegur Bahlil, dirinya sedang dalam penerbangan dari Tokyo menuju Boston, untuk mengikuti Race Boston Maraton di akhir pekan. Dan langsung putar balik pulang ke tanah air.
“Saya sudah merencanakan kegiatan ini jauh-jauh hari sebelumnya. Sebelum pergi, saya sebagai kader Golkar sudah meminta ijin kepada beliau, Bapak Bahlil Lahadalia selaku Ketum Partai Golkar,” ungkapnya.
“Sehingga begitu pesawat mendarat di Boston, saya langsung memutuskan kembali ke Jakarta. Bagi saya, ini adalah isyarat panggilan untuk secepatnya kembali ke Tanah Air,” tegasnya.
Ia menjelaskan, hobi dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan hidup jiwa dan raga. Namun, masih banyak kesempatan untuk berlari dan maraton, bahkan bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja.
“Tetapi keputusan untuk menjadi politisi sama artinya siap dengan konsekuensinya, yaitu melepaskan seluruh kepentingan pribadi di atas kepentingan rakyat banyak,” tandas Misbakhun.
Perilaku Misbakhun jadi sorotan karena sebagai pimpinan komisi yang membidangi bidang keuangan, perencanaan pembangunan, moneter dan sektor jasa keuangan, semestinya dia fokus berkolaborasi dengan pemerintah mencari cara untuk menstabilkan mata uang.
Asal tahu saja, pergerakan rupiah terhadap dolar AS, benar-benar tersungkur. Pada awal pekan atau Senin (14/4/2025), kurs rupiah ditutup di level Rp16.786/US$. Sedangkan pada penutupan perdagangan di Kamis (17/4/2025), kurs rupiah dipatok Rp16.833/US$. Atau mengalami pelemahan mingguan 0,16 persen. Pelemahan ini adalah yang kelima secara beruntun.
Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia pun dibuat geram, lalu menyindir keras bahwa partai beringin membutuhkan sosok pemikir ekonomi yang selalu hadir di Jakarta untuk dimintai pendapat.
“Pak Misbakhun, di mana Misbakhun ya?” tanya Bahlil saat halalbihalal Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Rabu (16/4/2025).
Sejumlah peserta yang hadir menjawab bahwa Misbakhun sedang lari. “Lagi lari? Bilang sama dia, sekarang Golkar tidak membutuhkan pelari,” kata Bahlil lagi seraya menegaskan, “Kalau masih ingin berlari, tanyakan, mana prioritas? Lari atau penugasan di Komisi? Karena banyak anggota Komisi XI juga yang tunggu barang ini, kira-kira begitu. Ya kita fair-fair saja, tidak apa-apa.”
Bahlil juga mengancam akan merotasi kepengurusan kadernya, teramasuk Misbakhun yang saat ini menjabat sebagai Ketua bidang Kebijakan Ekonomi Partai Golkar. “Reshuffle kepengurusan Partai Golkar itu sama dengan reshuffle kabinet. Tidak mesti menunggu satu atau dua tahun,” ungkapnya.
Desakan Copot Misbakhun
Pengamat politik dari Citra Institute Efriza mendesak Bahlil untuk memecat Misbakhun dari jabatannya saat ini. Sebab menurutnya, Misbakhun sudah tidak menunjukkan kepedulian yang tinggi untuk kepentingan negaranya di tengah negara ekonominya sedang tidak baik-baik saja, juga teguran dan sindiran keras Bahlil kepada Misbakhun, artinya Bahlil sudah ditingkat geram karena perilaku Misbakhun, karena dampaknya dapat membuat citra Golkar sebagai partai yang terus berjuang bersama rakyat jadi diragukan.
“Yang ada citranya kader Golkar lari dari upaya mengatasi rupiah yang anjlok,” ucap dia kepada Inilah.com saat dihubungi di Jakarta, Jumat (18/4/2025).
Efriza menyebut tindakan Misbakhun jelas tidak berempati terhadap kondisi negara. Semestinya ia sebagai Ketua Komisi XI DPR menunjukkan sikap kepentingan publik diatas kepentingan pribadi.
“Ia semestinya mencurahkan pikirannya untuk mewakili rakyatnya mengatasi masalah negeri ini, dengan memikirkan gagasan maupun kolaborasi dengan pemerintah untuk menstabilkan mata uang,” tegas Efriza.
Argumentasi dirinya yang mengutamakan kepentingan negara, semestinya dilakukan dengan sikap tegas sejak awal dengan membatalkan keikutsertaannya dalam kegiatan lari marathon.
“Bukan baru diungkapkan ketika dibatalkan kegiatannya, karena disemprit oleh Ketum Golkar dan kemudian menyatakan kepentingan negara diutamakannya. Ini jelas tidak tepat malah pernyataan ambigu terkait antara sikap dan pernyataan, juga semakin menunjukkan ia lebih memikirkan citra dirinya dimata Ketum Golkar, ketimbang bekerja sepenuh jiwa untuk rakyatnya,” tandasnya.