
INILAHSULSEL.COM – Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan (Pj Sekda Sulsel), Andi Muhammad Arsjad, membuka sekaligus menjadi narasumber dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi dan Bimbingan Teknis Panel Harga Pangan Tahun 2024.
Acara yang diselenggarakan oleh Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Selatan tersebut, berlangsung di Hotel Grand Town, Maros, pada Kamis, 30 Mei 2024.
Andi Arsjad menjelaskan bahwa kegiatan ini berfungsi sebagai instrumen untuk memantau perkembangan harga di berbagai kabupaten/kota melalui delapan daerah di Sulsel yang menjadi sampel indeks harga konsumen oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
“Saat ini, yang dimonitor adalah delapan daerah indeks harga konsumen yang menjadi sampel BPS, yang diukur dan dievaluasi setiap minggu terkait dengan inflasi,” ujarnya.
Data panel harga ini, lanjut Andi Arsjad, menjadi salah satu pembanding dari informasi data harga pangan yang dilakukan baik oleh BPS maupun Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag).
Kegiatan bimbingan teknis ini dihadiri oleh 62 enumerator atau petugas lapangan yang membantu tim survei dalam pengumpulan data.
Andi Arsjad menekankan pentingnya peran enumerator dalam mencermati pergerakan harga sebagai indikator ketersediaan pangan di lapangan.
“Tugas kita tidak mudah karena kita adalah pihak pertama yang mengetahui perkembangan harga, sehingga data kita menjadi rujukan pemerintah dalam mengambil kebijakan. Salah satu kebijakan intervensi harga yang dilakukan pemerintah saat ini adalah dengan melihat data panel harga,” ungkapnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Selatan berharap agar para enumerator yang mengikuti bimbingan teknis ini tidak hanya sekadar memahami perkembangan harga pangan dan membuat laporan data, tetapi juga mampu menganalisis perkembangan harga pangan dalam berbagai kondisi.
Andi Muhammad Arsjad menjelaskan bahwa perkembangan harga pangan, baik penurunan maupun kenaikan, tidak hanya dipengaruhi oleh momen panen atau hari raya, tetapi juga oleh fluktuasi harga yang disebabkan oleh spekulan di lapangan.
“Harga bisa dimanipulasi oleh dua hal. Pertama, kondisi riil di lapangan, dan kedua, persepsi. Jika disebabkan oleh persepsi, opini dibangun seolah-olah barang tidak ada, padahal sebenarnya banyak. Ini dimunculkan melalui berita-berita yang mempengaruhi pasar, akhirnya pasar bergejolak bukan karena kekurangan barang, tetapi karena persepsi yang dibangun,” tegasnya.
Selain Pj Sekda, kegiatan ini juga menghadirkan narasumber dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) RI, yaitu Deny Eswant Kosasih, serta Didit Setyawan sebagai Analis Pasar Hasil Pertanian.