Sulsel

Ramadan Sebentar Lagi, Warga Sulsel Lakukan Lima Tradisi Ini

INILAHSULSEL.COM – Bulan Suci Ramadan tinggal menghitung hari. Muhammadiyah menetapkan hari pertama puasa 11 Maret 2024. Sementara itu, jadwal puasa menurut NU dan pemerintah masih menunggu pemantauan hilal dan sidang isbat pada 10 Maret 2024.

Menyambut bulan yang penuh berkah ini, masyarakat Indonesia di seluruh wilayah memiliki tradisi unik, tak terkecuali masyarakat Sulawesi Selatan. 

Di Sulawesi Selatan, umat muslimnya memiliki tradisi turun temurun yang dipercaya menambah berkah dan suka cita saat menjalani puasa sebulan penuh. 

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut sederet tradisi yang dilakukan masyarakat Sulawesi Selatan menjelang puasa 2024. 

5 Tradisi Warga Sulawesi Selatan Jelang Puasa 2024

Menjelang puasa 2024, masyarakat Sulawesi Selatan melakukan berbagai tradisi sebagai bentuk syukur atas datangnya bulan Ramadan. Berikut adalah lima tradisi yang dilakukan masyarakat Sulawesi Selatan menjelang puasa.

Barzanji dan Tadarus 

Menjelang Ramadan, masyarakat Bugis melakukan tradisi yang disebut barzanji. Ini merupakan tradisi membaca kitab yang berisi tentang sejarah Nabi Muhammad SAW. Selain menjelang bulan puasa, tradisi ini dilakukan saat Maulid Nabi. 

Selain itu, masyarakat juga melakukan tadarus bersama dengan tujan meningkatkan keimanan dan mempersiapkan diri menjelang Ramadan. 

Songkolo Patang Rupa

Membuat songkolo patang rupa menjadi salah satu tradisi menjelang Ramadan yang masih dilakukan hingga kini. Sangkolo Patang Rupa adalah makanan khas dari ketan yang menyimbolkan perekat sesama manusia. 

Patang Rupa memiliki arti empat warna. Sesuai dengan namanya, makanan ini pun diberi warna hitam, putih, kuning, dan merah.

Selain membuat songkolo patang rupa, masyarakat juga kerap memasak makanan manis saat menjelang Ramadan. Ini dilakukan sebagai simbol harapan bahwa Ramadan akan dijalani dengan ‘manis’ atau lancar. 

Ritual Suru Maca

Ritual ini biasanya dilakukan tepat seminggu sebelum masuk bulan suci Ramadan. Secara harfiah, Suru Maca atau Suro’ Maca berarti meminta untuk mendoakan. Ritual ini dilakukan dengan menggelar beragam kuliner khas suku Bugis yang diletakan di lantai atau ranjang tidur. 

Kuliner khas Bugis-Makassar yang biasanya hadir dalam ritual Suru Maca di antaranya ada opor ayam, ayam goreng tumis, dan songkolo palopo atau sokko ugi. 

Makanan tersebut kemudian disantap bersama dengan keluarga dan para tetangga. Tradisi ini untuk mendoakan nenek moyang dan anggota keluarga yang telah lama meninggal. Setelah tradisi ini, biasanya akan dilakukan ziarah kubur ke makan keluarga dan tokoh kampung setempat.

Maddupa Keteng

Tradisi maddupa keteng banyak dilakukan oleh masyarakat di Desa Cinennung, Kecamatan Cina, Kabupaten Borne, Sulawesi Selatan. Tradisi ini dilakukan dengan membaca doa sebelum sahur pertama hingga puasa ketiga.

Dalam bahasa Bugis, maddupa keteng memiliki makna menyambut bulan. Tradisi ini sudah dilakukan secara turun temurun dan dipimpin oleh tokoh agama setempat.

Saat Maddupa Keteng berlangsung, warga setempat menyiapkan makanan berupa ayam atau sapi di rumah masing-masing. Selanjutnya tokoh agama dipanggil untuk memberikan doa. 

Mabaca-baca

Tradisi ini sudah dilakukan oleh masyarakat Bugis secara turun temurun. Tradisi mabaca-baca dilakukan dengan menyajikan nasi ketan, kari ayam, telur, dan berbagai macam menu lainnya serta aneka buah-buahan di dekat dupa tradisional yang telah dibakar. Sebelum dikonsumsi, sajian makanan terlebih dahulu didoakan oleh tokoh agama. 

Mabaca-baca adalah ungkapan doa agar seluruh anggota keluarga tetap dalam keadaan sehat dan mendapatkan berkah selama menjalankan ibadah puasa. Selain itu, doa juga dipanjatkan untuk mengenang sanak keluarga yang telah meninggal dunia.

Back to top button