Proyeksikan Ekonomi 2026 Tumbuh 5,8 Persen, Srimul Nantikan Kontribusi Besar Danantara

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani berharap Daya Anagata Nusantara (Danantara) bisa menopang pertumbuhan ekonomi 5,8 persen pada target APBN 2026. Dia mengatakan, untuk mewujudkan target tersebut dibutuhkan kontribusi dari sektor strategis seperti manufaktur, pertanian, perdagangan hingga konstruksi.
Hal itu diungkapkan dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR, Menteri PPN, Gubernur BI dan Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dengan tema Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PKF) tahun 2026.
Bendahara negara mengatakan hilirisasi dan ekspor perlu terus didorong untuk menumbuhkan ekonomi. Dia menegaskan, peran Danantara dinilai sangat penting untuk meningkatkan investasi.
“Kemudian peran Danantara akan sangat menentukan apakah investasi kita meningkat. Karena Danantara itu adalah state on, kalau dominan tanpa bisa mengatrack maka yang terjadi crowding out. Kalau investasi Danantara mampu mengatrack privat maka Danantara bisa menjadi katalis. Maka ini adalah sesuatu yang perlu terus disampaikan. Kami telah berkomunikasi terus dengan tim Danantara,” tegasnya saat rapat, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (3/7/2025)
Dia memproyeksikan, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,8 persen, sektor pertanian harus tumbuh 6,5 persen, manufaktur 5,3 persen, perdagangan 5,7 persen, dan konstruksi 5,4 persen.
“Ini adalah target pertumbuhan aspirasi yang harus di topang dengan policy dan berbagai langkah untuk bisa mewujudkan. Jadi apakah apakah itu dibidang investasi, apakah itu di bidang derugulasi apakah di bidang menjaga daya beli masyarakat, di bidang inflasi rendah, itu semuanya harus dilakukan,” ujar Sri Mulyani.
Selain itu, dia menyebut program prioritas Presiden Prabowo Subianto seperti makan bergizi gratis (MBG) dan revitalisasi sekolah diharapkan dapat menumbuhkan ekonomi nasional.
“Beberapa program yang presiden sampaikan diharapkan makin bisa di eksekusi dan memberikan kontribusi growth seperti makan bergizi gratis, revitalisasi sekolah dan juga belanja di bidang perumahan maupun pendidikan dan Kesehatan,” kata dia.
Realisasi Semester I 2025 di Bawah Target
Badan Anggaran (Banggar) menyetujui asumsi makro ekonomi untuk semester II tahun 2025 bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam agenda ‘Pengesahan Laporan Realisasi Semester I dan Prognosis Semester II Pelaksanaan APBN 2025’.
Wakil Ketua Banggar DPR, Wihadi Wiyanto mengatakan asumsi dasar makro dirancang dengan mempertimbangkan realisasi semester I dan dinamika global.
“Pemerintah senantiasa melindungi dunia usaha dan daya beli masyarakat serta menjaga stabilitas ekonomi. Hal tersebut berefleksi pada pertumbuhan ekonomi yang resilien, inflasi yang terkendali, dan neraca perdagangan masih surplus, dengan mempertimbangkan dinamika perekonomian global,” ujar Wihadi dalam agenda tersebut, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (3/7/2025).
Dia menjelaskan, asumsi dasar ekonomi makro yang disepakati antara Banggar dengan Pemerintah, pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada dikisaran 4,7 persen hingga 5 persen pada semester II. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan target APBN 2025 sebesar 5,2 persen dengan realisasi semester I sebesar 4,87 persen yoy.
Sementara asumsi inflasi pada semester II berada di rentang 2,2 persen hingga 2,6 persen dalam target APBN sebesar 2,5 persen. Adapun pada Semester I berada di level yang lebih rendah yakni 1,6 persen.
“Untuk nilai tukar rupiah dalam USD APBN Rp16.000, realisasi semester I Rp16.429 proyeksi semester II Rp16.300 sampai Rp16.800,” katanya.
Pada komponen energi, asumsi energi harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada semester II berada di kisaran USD66 hingga USD94 per barel, dengan outlook jangka menengah di USD68 hingga USD82 per barel.
“Pemerintah tetap waspada terhadap berbagai tantangan yang berpotensi timbul, terutama ketidakpastian global yang diperkirakan masih memengaruhi perekonomian nasional sepanjang tahun 2025,” tutur dia.
Angka ini merefleksikan fluktuasi tajam yang terjadi akibat ketegangan geopolitik global, khususnya di kawasan Timur Tengah. Eskalasi konflik di wilayah tersebut telah memicu ketidakpastian harga komoditas energi di pasar global, termasuk minyak mentah.
Dari sisi produksi, lifting minyak bumi ditetapkan pada kisaran 593 hingga 597 ribu barel per hari. Meski lebih rendah dari target APBN sebesar 605 ribu barel per hari, outlook ini dinilai realistis mengikuti tren realisasi semester I yang hanya mencapai 567,9 ribu barel.
Sementara itu, lifting gas bumi dipatok di kisaran 976 hingga 980 ribu barel setara minyak per hari. Ini sedikit menurun dari asumsi APBN sebesar 1.005 ribu barel, seiring realisasi semester I yang mencapai 987,5 ribu barel.