PMI Manufaktur Anjlok Sejak Maret 2024, PEPS: Jangan Kaget PHK Bakal Meledak

Sepanjang Maret-Agustus 2024, Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia konsisten mengalami penurunan. Pada Agustus 2024, posisi PMI Manufaktur mengalami kontraksi di angka 48,9.
Menurut Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan, kondisi ini cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, kontraksi PMI Manufaktur diikuti gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran.
“Kontraksi bidang manufaktur akan diikuti dengan serentetan PHK, yang pada gilirannya dapat membuat daya beli dan konsumsi masyarakat terpuruk,” kata Anthony, Jakarta, Jumat (6/9/2024).
Di samping itu, kontribusi manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional terus melemah. “Kontribusi manufaktur Indonesia terhadap PDB yang terus melemah, memang menunjukkan sudah terjadi deindustrialisasi,” kata Anthony.
Menurut Anthony, kondisi deindustrialisasi ini merupakan bentuk kegagalan pemerintah dalam meningkatkan industri manufaktur nasional. “(Menteri) perindustrian gagal dan presiden gagal,” kata Anthony.
Anthony mengatakan, dengan kondisi fiskal yang terus melemah dan penerimaan pajak turun, pertumbuhan ekonomi pasti akan melambat. “Dan bukan tidak mungkin juga akan mengalami kontraksi,” kata Anthony.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (AGK) mengaku tidak kaget atas jebloknya PMI. Alasannya, belum ada dukungan kebijakan yang tepat dari kementerian/Lembaga (KL) terkait.
“Sekali lagi kami tidak kaget dengan kontraksi lebih dalam industri manufaktur Indonesia. Penurunan nilai PMI manufaktur di Agustus 2024 terjadi akibat belum ada kebijakan signifikan dari Kementerian/Lembaga lain yang mampu meningkatkan kinerja industri manufaktur,” kata Menperin Agus.
Dia mengatakan, telah terjadi pelemahan penjualan. Penyebabnya, barang impor murah dalam jumlah besar menguasai pasar salam negeri, terutama sejak Mei 2024.
“Membuat masyarakat lebih memilih produk-produk tersebut, karena lebih ekonomis. Hal ini dapat menyebabkan industri di dalam negeri, turun penjualan produknya serta utilisasi mesin produksinya,” ungkapnya.