Ekonom Gede Sandra menilai turunnya laju pertumbuhan kredit paylater dan layanan pembiayaan lainnya saat ini adalah karena dampak daya beli masyarakat yang turun.
Komentar Gede itu menanggapi laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Jumat (9/5/2025) yang mencatat utang masyarakat di layanan beli sekarang bayar nanti atau buy now pay later (BNPL) dan layanan pembiayaan lainnya, periode Maret 2025 turun dibandingkan bulan sebelumnya.
“Turunnya atau melambatnya laju kredit ini dapat mencerminkan pelemahan daya beli dan konsumsi yang menurun di masyarakat,” ujar Gede kepada inilah.com, Jakarta, Minggu (11/5/2025).
Gede mengatakan daya beli masyarakat turun akibat terjadinya badai pemutusan hubungan kerja (PHK) yang akhir-akhir ini terjadi. Dampak lainnya karena adanya perang tarif impor baru.
“Selain melemah daya beli akibat badai PHK yang terjadi di Indonesia dan perang tarif Amerika Serikat, juga karena kebijakan Pemerintah sendiri,” ucap Gede.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae pada Jumat (9/5/2025) mengumumkan kredit paylater di perusahaan perbankan pada Maret 2025 tercatat Rp 22,78 triliun atau tumbuh sebesar 32,18 persen secara year-on-year (yoy). Laju pertumbuhan itu melambat jika dibanding Februari 2025 yang sebesar 36,60 persen (yoy).
Jumlah rekening paylater di perusahaan perbankan pada Maret tercatat 24,56 juta rekening.
Sedangkan total kredit perbankan pada Maret 2025 tumbuh 9,16 (yoy) atau melambat jika dibanding pertumbuhan kredit pada Februari 2025 yang sebesar 10,30 persen.
Perlambatan kredit paylater juga terjadi di perusahaan-perusahaan pembiayaan (multifinance). Pada Maret 2025 utang paylater yang disalurkan multifinance sebesar Rp 8,22 triliun atau tumbuh 39,3 persen (yoy). Laju pertumbuhan tersebut melambat dibanding Februari 2025 yang tercatat 59,1 persen (yoy).