Perpustakaan Jakarta Buka Sampai Malam, Oase Literasi di Tengah Kemacetan

Sore di kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat, selalu punya dua aroma kontras yakni bau bensin dari knalpot kendaraan dan wangi dagangan dari gerobak pedagang kaki lima di tengah lalu-lalang keluar masuk warga di kawasan itu. Tapi di balik keriuhan itu, ada ruang sunyi menenangkan yakni Perpustakaan Jakarta, yang kini buka hingga malam.
Perpustakaan Jakarta kini ‘lembur’ hingga malam sehingga menjadi tempat edukasi dan literasi terkini. Wajah baru TIM ini bukan sekadar tempat membaca buku. Ia sudah menjelma sebagai tempat pelarian—bukan dari masalah hidup, tapi dari kemacetan dan tekanan pekerjaan sekaligus mengisi waktu sambil menggali ilmu.
Kebanyakan dari mereka yang ada di perpustakan itu adalah para pelajar dan pekerja. Mereka memanfaatkan aturan baru waktu kunjungan ke perpustakaan yang buka sampai malam hari. Perpustakaan Jakarta kini buka Senin sampai Minggu pukul 09.00-22.00 WIB namun tutup saat hari libur nasional dan cuti bersama.
Shofi (26) warga dari Pekayon, Jati Asih, Bekasi mengaku senang dengan jam operasional terbaru dari Perpustakaan Jakarta. Sebagai guru swasta di sebuah yayasan pendidikan sekaligus mahasiswi S2 Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) kelas karyawan, Ia merasa terbantu dengan kebijakan tersebut.
Dengan kendaraan roda duanya, Shofi rela menghadapi macetnya lalu lintas Bekasi-Jakarta yang harus ditempuh kurang lebih satu sampai dua jam, demi menyelesaikan tugas tesisnya.
“Jujur sebenarnya lumayan jauh, tapi merasa sangat membantu. Karena dari pagi sampai sore punya tugas mengajar, terus malamnya saya butuh referensi buat menyelesaikan tesis. Jadi ya sudah deh, jauh-jauh ke sini biar cepat selesai,” kata Shofi saat berbincang dengan Inilah.com, Rabu (14/5/2025).
Sebagai mahasiswa dan pengajar, Shofi mengaku senang dengan kebijakan baru yang diusung pemerintah DKI Jakarta saat ini. Sebab, Ia tak memiliki waktu banyak jika jam operasional perpustakaan dibatasi sampai sore hari.
Tugas yang menumpuk di sekolah dan tesisnya harus dikerjakan secara bersamaan. Dengan peraturan baru ini, Ia merasa tidak kesulitan dalam mengerjakan tugasnya.
“Di sini nyaman banget buat baca-baca, ngerjain tugas, ataupun ikut aktivitas yang disediakan sama perpustakaannya sendiri. Semoga saja yang seperti ini tersedia juga di sekitar Bekasi biar nggak jauh-jauh. Perbanyak lagi aktivitas seru lainnya. Karena selain belajar kita bisa sekalian melakukan hal-hal yang positif lainnya,” tuturnya.

Menunggu Jam Macet
Tak hanya Shofi, Fajrul (28), pegawai swasta yang kantornya tak jauh dari Cikini, juga memanfaatkan fasilitas ini. Baginya, perpustakaan bukan sekadar tempat numpang duduk, tapi lokasi strategis untuk menghindari kemacetan parah selepas jam kantor. Ia sering kali mampir untuk sekadar membaca, bersantai ataupun iseng mencari referensi-referensi koleksi bacaan terbaru.
“Pulang kantor jam 5 atau 6 sore, kan macet banget tuh jalanan, dari pada di kantor bingung ya mending mampir ke sini. Lihat-lihat suasana aja karena suka yang sunyi dan tenang, ketimbang suara motor mobil dengan bunyi klaksonnya,” katanya.
Sambil membuka buku fiksi yang dibawanya, Fajrul mengaku cukup banyak menghabiskan waktu di tempat itu. Ia baru memilih pulang sekitar jam 8 malam menuju rumahnya di Kalimalang, Jakarta Timur.
Meski begitu, Fajrul sempat berpikir tentang sisi lain dari kebijakan operasional malam ini. “Kita sih enak, tapi pegawainya bagimana? Semoga ada shift kerja yang manusiawi,” katanya, sembari berharap kebijakan ini tak jadi bumerang buat para pustakawan.
“Sebenarnya bisa dibilang untung di kita-kita nih pekerja, tapi nggak tahu ya karyawannya. Mungkin ada yang senang buka sampai malam atau kurang senang, tapi harusnya ada shiftnya. Ini bukan soal akses buku saja, tapi juga memberi ruang aman dan nyaman tentunya produktif bagi siapapun yang berkunjung,” ucap Fajrul.
Jam operasional yang diperpanjang ini merupakan salah satu kebijakan baru Pemprov DKI Jakarta dalam mendorong budaya literasi dan membuka akses pengetahuan seluas mungkin. Bagi kota yang lebih sering viral karena banjir dan kemacetan, kehadiran Perpustakaan Jakarta yang buka sampai malam hari menjadi oase literasi kehidupan warga.