Perempuan Inggris Meninggal setelah Mendapat Cakaran Kecil Anak Anjing

Seorang perempuan Inggris berusia 59 tahun meninggal dunia akibat tertular rabies setelah diguga mendapat cakaran yang tidak berbahaya dari anak anjing liar saat berlibur di Maroko. Kasus ini merupakan kematian pertama akibat rabies di Inggris sejak 2018 dan mendorong perhatian mendesak tentang bahaya kontak hewan di luar negeri.
Perempuan warga Barnsley bernama Yvonne Ford, dicakar anak anjing liar pada Februari 2025. Mengira itu hanya luka kecil, dia tidak segera mengobatinya. Namun beberapa minggu kemudian, pada awal Juni, dia mulai menderita gejala neurologis serius seperti sakit kepala, kelumpuhan, dan ketidakmampuan berbicara, menelan, atau tidur. Bahkan rawat inap dan perawatan medis di Inggris tidak dapat menyelamatkan Ford, yang meninggal pada 11 Juni karena infeksi tersebut.
Rabies merupakan infeksi virus yang hampir selalu bersifat terminal setelah gejala muncul tetapi dapat dicegah sepenuhnya jika diobati dengan cepat setelah terpapar. Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) menyatakan, tidak ada risiko bagi masyarakat umum, tetapi semua orang yang mungkin telah melakukan kontak dengan Ford termasuk staf medis ditawarkan untuk mendapatkan profilaksis pascapaparan (PEP) sebagai tindakan pencegahan.
PEP melibatkan serangkaian vaksin rabies, yang jika diberikan lebih awal, hampir 100% efektif dalam mencegah penyakit tersebut. “Ini adalah keadaan yang tragis dan pengingat yang jelas tentang risiko rabies di beberapa wilayah di dunia,” tambah Dr. Katherine Russell dari UKHSA.
“Jika Anda telah digigit, dicakar, atau dijilat oleh hewan dari tempat yang terdapat rabies, sangat penting untuk mencuci luka secara menyeluruh dan mendapatkan perhatian medis segera.” tambahnya.
Rabies tersebar luas di sebagian besar negara di Asia dan Afrika, termasuk Maroko. Penyakit ini paling sering menyebar melalui air liur hewan yang terinfeksi melalui gigitan atau cakaran. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa rabies membunuh sekitar 59.000 orang setiap tahunnya di seluruh dunia, dan 99% kasus pada manusia disebabkan oleh paparan anjing.
Kasus Yvonne Ford mencerminkan tragedi serupa pada 2018, ketika warga negara Inggris lainnya meninggal setelah digigit kucing gila di Maroko. Semua kematian akibat rabies di Inggris sejak tahun 2000 melibatkan infeksi yang didapat saat bepergian ke luar negeri.
Pejabat kesehatan menyarankan para pelancong ke daerah endemis rabies untuk menjauhi hewan liar atau hewan yang tidak dikenal. Dalam beberapa kasus, terutama bagi individu yang tinggal di daerah pedesaan untuk waktu yang lama atau bekerja secara intensif dengan hewan, vaksinasi prapaparan disarankan sebelum bepergian.
Mereka juga menekankan bahwa luka sekecil apa pun, seperti cakaran, dapat mematikan jika tidak diobati. Para pelancong disarankan segera membersihkan luka yang berhubungan dengan hewan dengan sabun dan air selama minimal 15 menit serta segera mendapatkan perhatian medis darurat untuk pemeriksaan.
Data rabies di Indonesia menunjukkan bahwa penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan yang signifikan, terutama di daerah endemis. Hingga Maret 2025, terdapat 13.453 kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) dan 25 kematian akibat rabies pada manusia.
Secara keseluruhan, dari 38 provinsi di Indonesia, 26 di antaranya merupakan daerah endemis rabies. Beberapa provinsi dengan kasus GHPR tertinggi antara lain Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Sulawesi Selatan.