Pengamat Sarankan Presiden Prabowo Fokus Genjot Produksi Sawit Ketimbang Buka Lahan Baru

Pengamat sawit, Abdul Aziz berharap, Presiden Prabowo Subiyanto tidak terburu-buru membuat kebijakan untuk menambah luas kebun kelapa sawit di Indonesia. Sebaiknya maksimalkan produksi sawit dari perkebunan yang sudah ada.
“Dengan luas perkebunan kelapa sawit yang ada saat ini, bila dikelola dengan baik, sebenarnya lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, maupun
ekspor,” papar Aziz di Jakarta, Sabtu (11/1/2025).
Saat ini, kata Aziz, data Kementerian Pertanian (Kementan), mencatat luasan perkebunan sawit di Indonesia mencapai 17,3 juta hektare (ha). Tersebar di 31 provinsi, khususnya Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Tenggara.. Angka ini naik ketimbang 2022 seluas 16,83 juta hektare.
“Namun luasan ini hanya bisa menghasilkan sekitar 45 juta ton crude palm oil (CPO) dalam setahun. Jika diasumsikan rendemen rata-rata tandan buah segar (TBS) adalah 20 persen per kilogram, berarti produksi TBS kita hanya 225 juta ton per tahun,” ungkapnya.
Dikatakan Ketum Wartawan Sawit Nusantara (WSN) ini, produksi sebanyak 225 juta ton jika dibagi dengan luasan 16,83 juta ha, berarti produksi TBS hanya 13,4 ton/ha. Atau hanya 1,1 ton/ha/bulan. Ini sangat kecil,” kata Aziz.
“Kami mendapati di daerah-daerah ini, kebun kelapa sawit hasil Program Peremajaan Sawit Rakyat (P-PSR), produksi per hektare per bulan, telah mencapai angka segitu dan bahkan ada yang mencapai 5-6 ton per hektare per bulan. Ini berarti, bila dikelola dengan baik, hasilnya juga akan bagus kan,” katanya.
Jika kemudian produksi TBS telah mencapai 3 ton/ha/bulan, berarti produksi CPO nasional kata Aziz melompat 3 kali lipat dari produksi saat ini. Di mana, produksi CPO nasional sudah mencapai 135 juta ton per tahun.
“Itu bila rendemen rata-rata 20 persen per kilogram TBS. Kalau rendemen TBS hasil PSR biasanya lebih besar. Ambil saja 20 persen itu. Nah, CPO sebanyak ini, saya pastikan lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor. Termasuk untuk kebutuhan bauran biodiesel B50 yang membutuhkan CPO sekitar 15 juta ton per tahun,” bebernya.
Sebelumnya, Presiden Prabowo mendorong ekspansi perkebunan sawit segera dilaksanakan. Demi memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia.
Dia berpandangan, tuduhan bahwa lahan sawit menyebabkan deforestasi adalah keliru karena menurutnya pohon kelapa sawit juga menyerap karbon dioksida.
“Saya kira ke depan kita harus tambah tanam kelapa sawit. Enggak usah takut apa itu katanya membahayakan, deforestation, namanya kelapa sawit ya pohon, ya kan?” kata Prabowo dalam acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional di Gedung Bappenas, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (30/12/2024).
Prabowo menyatakan, banyak negara yang berharap dari Indonesia dan bergantung kepada negeri yang kaya sumber daya ini, termasuk soal sawit.
Ia mengaku sempat merasakan hal itu saat melakukan kunjungan kerja ke luar negeri. “Banyak negara terlalu berharap ke Indonesia, saya sampai ngeri sendiri. Terutama mereka sangat membutuhkan kelapa sawit kita. Ternyata kelapa sawit jadi bahan strategis, banyak negara itu takut tidak dapat kelapa sawit,” kata Prabowo.