Penembak Jitu Israel Bunuh Seorang Anak di Gaza pada Hari Kedua Gencatan Senjata

Israel melanggar gencatan senjata dengan menembak dan membunuh seorang anak Palestina yang sedang kembali ke rumahnya di Rafah pada Senin (20/1/2025). Bantuan ke daerah kantong itu terus mengalir dan tim pertahanan sipil menemukan puluhan mayat.
Remaja berusia 15 tahun itu diidentifikasi sebagai Zakaria Humaid Yahya Barbakh dan ditembak oleh penembak jitu beberapa kali sebelum terbunuh. Rekaman video yang dibagikan secara daring juga menunjukkan seorang pria yang mencoba mengambil jasadnya juga ditembak berulang kali.
Hal ini terjadi setelah petugas pertahanan sipil Gaza mengatakan mereka telah menemukan 66 mayat lagi di seluruh Gaza, sejak gencatan senjata yang rapuh mulai berlaku pada 19 Januari. Sebelumnya, 137 mayat telah ditemukan di Rafah sejak dimulainya gencatan senjata. Tim mengatakan 57 mayat ditemukan di Gaza selatan dan delapan di utara.
Ribuan jenazah diyakini masih terperangkap di bawah reruntuhan karena tim tidak dapat mengambil atau mengubur mereka akibat pemboman besar-besaran Israel dan rumitnya upaya untuk menjangkau mereka. Kini, petugas darurat tengah berupaya mengidentifikasi korban tewas, beberapa di antaranya terjebak di bawah reruntuhan selama berbulan-bulan.
Rekaman udara baru telah mengungkap besarnya kerusakan di Gaza, khususnya di wilayah utara yang dibombardir saat dikepung selama lebih dari tiga bulan. Di seluruh Gaza, orang-orang telah memanfaatkan gencatan senjata untuk kembali ke rumah mereka dan memeriksa kerusakannya.
Bantuan Mulai Mengalir
Bantuan juga perlahan-lahan mengalir masuk. Program Pangan Dunia menegaskan kembali bahwa bantuan pangan sudah diposisikan dan sedang dalam perjalanan. Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan menambahkan bahwa sekitar 915 truk bantuan memasuki Gaza pada hari kedua gencatan senjata.
Di sekitar Gaza, perusahaan telekomunikasi juga mulai berupaya memulihkan operasi terbatas di utara dan selatan, yang bertujuan memulihkan koneksi masyarakat setelah 15 bulan pemboman hebat. Qatar, yang membantu memediasi kesepakatan gencatan senjata, juga memasok Gaza dengan 1,25 juta liter bahan bakar per hari.
Kantor Berita Emirates juga melaporkan Selasa (21/1/2025) bahwa 5.800 ton bantuan untuk mendukung Gaza sedang dikirim melalui kapal. Laporan tersebut menambahkan bantuan dari Uni Emirat Arab (UEA) meliputi makanan, bahan bangunan, dan perlengkapan medis yang diamankan oleh Bulan Sabit Merah Emirates.
UEA juga akan membangun dua rumah sakit lapangan, satu di dalam Gaza dan satu lagi di pesisir kota Arish. Prakarsa lainnya termasuk membangun lima toko roti dan enam pabrik desalinasi yang akan menghasilkan 2 juta galon air per hari dan menjangkau lebih dari 600.000 orang.
Otoritas Moneter Palestina juga meminta bank untuk bersiap melanjutkan layanan di Gaza, termasuk membuka kembali beberapa bank dan ATM yang hancur atau rusak di Jalur Gaza.
Yahya al-Shunnar, gubernur otoritas moneter, mengatakan dia mengadakan pertemuan dengan para perwakilan untuk membahas langkah-langkah yang diperlukan untuk melanjutkan layanan perbankan bagi warga Gaza.
Pertukaran Tawanan
Hamas mengatakan bahwa seorang warga Palestina yang diharapkan akan dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tawanan masih berada di balik jeruji besi. Pada tahap pertama kesepakatan, Hamas diharapkan akan memulangkan 33 tawanan sementara sekitar 1.000 warga Palestina yang ditahan di penjara Israel juga akan dibebaskan sebagai gantinya. Tahap kedua pembicaraan akan dimulai dalam dua minggu.
Tentara Israel juga mengumumkan pada Selasa (21/1/2025) bahwa penduduk Gaza akan diizinkan kembali ke utara dalam waktu sekitar satu minggu jika Hamas terus menegakkan ketentuan kesepakatan.
Sementara itu, Presiden AS Trump mengatakan dia “tidak yakin” bahwa kesepakatan gencatan senjata akan terwujud. “Gaza bagaikan lokasi pembongkaran besar-besaran…itu bukan perang kami, itu perang mereka. Namun saya tidak yakin,” katanya saat ditanya apakah kedua pihak akan mempertahankan gencatan senjata.
Perang Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 47.035 warga Palestina dan melukai lebih dari 111.091 lainnya sejak 7 Oktober 2023. Perang di daerah kantong itu menghancurkan seluruh lingkungan dan menjerumuskan Jalur Gaza ke dalam krisis kemanusiaan yang mendalam.