News

Pasangan Bayi Kembar Palestina Juga Meninggal akibat Kedinginan di Jalur Gaza


Pasangan bayi kembar Palestina yang meninggal Minggu (29/12/2024), juga tutup usia akibat kedinginan dan suhu rendah pada Senin (30/12/2024). Ini menjadi kematian bayi keenam di Jalur Gaza di tengah cuaca ekstrem dalam waktu kurang dari sepekan.

Mengutip kantor berita WAFA, Selasa (31/12/2024), sumber medis mengumumkan kematian bayi Ali Al-Batran, yang berusia satu bulan, pada Senin pagi. Dia adalah kembaran bayi Jumaa Al-Batran yang meninggal sehari sebelumnya akibat kedinginan di tenda darurat Deir Al-Balah di Jalur Gaza.

Menurut sumber, suhu dingin ekstrem itu telah membunuh empat bayi baru lahir berusia antara empat hingga 21 hari dalam beberapa hari terakhir.

Disebutkan bahwa ketahanan pangan yang buruk di kalangan ibu telah menyebabkan munculnya kasus penyakit baru di kalangan anak-anak, yang memperburuk kondisi kesehatan, mengingat situasi sulit yang dialami wilayah yang terkepung tersebut.

Baca Juga:  Kalau Bersih tak Perlu Risih, Apa Alasan Komut Asuransi Sinar Mas Mangkir Terus?

Direktur Bantuan Medis di Gaza dan Gaza Utara, Muhammad Abu Afash, mengungkapkan bahwa setiap harinya anak-anak meninggal akibat cuaca dingin yang parah dan krisis kebutuhan hidup seperti makanan, minuman, dan susu bayi. Itu mengindikasikan tidak adanya tenda, selimut, pakaian, atau makanan untuk mereka.

Abu Afash menambahkan bahwa bencana kemanusiaan yang saat ini terjadi di Jalur Gaza sudah diperingatkan sebelumnya, mengulangi peringatan akan bahaya kematian dan kondisi sangat dingin di dalam tenda.

Selama 451 hari berturut-turut, pasukan Israel terus melancarkan ratusan penyerbuan, penembakan artileri, dan aksi kejahatan di sejumlah wilayah di Jalur Gaza.

Tentara Zionis terus melakukan pembantaian terhadap warga sipil di tengah bencana kemanusiaan yang diakibatkan oleh pengepungan dan pengungsian lebih dari 90 persen penduduk.

Baca Juga:  Bau Busuk Mayat Merebak di Dekat Episentrum Gempa Myanmar

Ribuan jenazah warga Palestina yang tewas dan terluka belum berhasil dievakuasi dari bawah reruntuhan, karena serangan yang terus berlangsung.

Situasi tersebut diperburuk oleh blokade ketat terhadap Gaza, termasuk pembatasan masuknya bahan bakar dan bantuan vital yang sangat dibutuhkan untuk mengurangi kondisi kemanusiaan yang semakin parah.

 

 

Back to top button