Partai Demokrat: Indonesia Harus Tenang Hadapi Kebijakan Trump

Wasekjen Partai Demokrat Jansen Sitindaon meminta masyarakat Indonesia tenang dalam menghadapi kebijakan tarif impor, yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
“Indonesia resmi menjadi ‘korban’ baru Trump. Saya bukan ekonom. Tapi membaca data dari Kementerian Perdagangan pada tahun lalu Indonesia surplus perdagangan hampir US$ 16 miliar dengan AS. Dengan kurs Rp16 ribu/US$ berarti ini hampir Rp256 triliun. Angka yang sangat besar untuk kelas kita Indonesia,” tulis Jansen di media sosial X pada Jumat (4/4/2025).
“Apa sikap kita? Menurut pendapat pribadi saya yang fakir ilmu ekonomi ini, masyarakat Indonesia harus lebih tenang. Tidak perlu seperti negara lain. Menurut saya, belum kelas kita perang dagang dengan Amerika. Apalagi saling balas tarif (impor) seperti negara lain,” lanjutnya.
Jansen mengatakan sebagai langkah awal, Indonesia sebaiknya membuat kesepakatan terlebih dahulu dengan Trump. Dengan harapan tarif yang diterapkan setidaknya mengalami penurunan sedikit dan memperkuat hubungan Indonesia dengan Amerika.
“Menurut saya, untuk soal ekonomi ini, mahzab kita (adalah) realistis saja. Karena ini efeknya ke ekspor-impor Indonesia, produksi barang di dalam negeri, masa depan buruh, para pekerja dan lain-lain,” ungkapnya.
Jansen juga berharap komunikasi yang sempat dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto dengan Trump sebelum dilantik beberapa waktu lalu, ada manfaatnya dalam situasi ini.
“Jika jalan ini tidak juga ampuh, barulah mungkin langkah lain yang lebih keras kita tempuh. Soal ekonomi ini, kita tidak boleh emosional. Lebih baik mengedepankan negosiasi. Karena semua negara termasuk Amerika sendiri pasti tidak ingin impor mereka lebih besar dari ekspornya. Namun kebutuhan masyarakat terhadap barang pasti akan membuat mereka realistis juga,” tandasnya.
Sebelumnya, Presiden Trump pada Rabu (2/4/2025) mengumumkan kenaikan tarif perdagangan ke negara-negara yang selama ini menikmati surplus neraca perdagangan dengan AS.
Dari data Gedung Putih, Indonesia berada di urutan ke delapan di daftar negara-negara yang terkena kenaikan tarif AS, dengan besaran 32 persen.
Sekitar 60 negara bakal dikenai tarif timbal balik separuh dari tarif yang mereka berlakukan terhadap AS. Indonesia bukan satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara, yang menjadi sasaran kebijakan dagang AS itu.
Ada pula Malaysia, Kamboja, Vietnam serta Thailand dengan masing-masing kenaikan tarif 24 persen, 49 persen, 46 persen dan 36 persen.
Tarif universal era Trump dikabarkan akan mulai berlaku pada Sabtu (5/4/2025), sementara tarif timbal balik, yang menargetkan sekitar 60 mitra dagang AS, akan diberlakukan mulai Rabu (9/3/2025). Dijelaskan bahwa uang yang dihasilkan dari tarif baru itu akan digunakan untuk mengurangi pajak warga AS dan membayar utang AS.