Jasmine Paolini memikul beban besar saat harus mengalahkan unggulan keempat Coco Gauff di final Roma Masters WTA 1000.
Paolini mendapat semua sorotan penonton saat bermain di tanah liat rumahnya sendiri.
Paolini punya sedikit keunggulan sebagai modal awal, dimana sang lawan, Gauff, dilanda keletihan usai bertarung selama 3 jam 32 menit di semifinal melawan Zheng Qinwen.
Ya, tekanan pada petenis berusia 29 tahun ini akan sangat besar saat ia berusaha menjadi wanita Italia pertama yang memenangi gelar di Roma dalam empat dekade lamanya.
“Saya mencoba untuk berpikir bahwa tahun lalu adalah tahun yang hebat, tetapi tahun itu memberi saya banyak kepercayaan diri,” kata Paolini.
Namun Gauff bukan lawan yang bisa diremehkan dalam pertandingan genting. Di usianya yang ke-21, ia adalah petenis putri termuda yang pernah mencapai final di Madrid dan Roma. Ia juga telah mencatatkan empat kemenangan melawan 10 petenis terbaik di lapangan tanah liat musim ini dan kemungkinan akan menang lagi. Gauff ingin menjadi petenis Amerika termuda yang memenangkan gelar juara putri di Italian Open sejak Serena Williams pada tahun 2002.
Prioritas Gauff adalah servisnya. Ia harus memperbaiki 15 kesalahan ganda yang dilakukannya terhadap Zheng — ia hanya memenangkan 20 dari 57 poin pada servis kedua.
Pukulan forehand-nya cukup bagus, tetapi pukulan backhand-nya tetap menjadi pukulan andalannya. Gauff berharap start lebih awal akan mempercepat situasi, karena ia memiliki keunggulan kekuatan atas Paolini.
“Itu pertandingan yang sulit,” kata Gauff tentang kekalahannya 6-4, 6-3 dari Paolini di Stuttgart. “Ia bermain dengan baik. Saya pikir, terutama di sini dengan dukungan penonton tuan rumah, ia akan bermain tenis yang hebat. Saya harus mengharapkan itu.
“Semoga saya bisa tampil lebih baik dan memenangkan gelar.”
