News

Pakar PBB Desak Israel Berhenti Serang Fasilitas Kesehatan di Jalur Gaza

Pelapor khusus PBB untuk hak atas kesehatan Tlaleng Mofokeng mendesak diakhirinya ‘perang terus-menerus’ Israel terhadap sistem layanan kesehatan di Jalur Gaza.

Mokofeng menyebut serangan Israel terhadap fasilitas kesehatan di Gaza sebagai ‘masa tergelap bagi hak atas kesehatan dalam hidup kita’.

Mengenai serangan udara yang menghantam rumah-rumah sakit dalam beberapa pekan terakhir, Mofokeng mengatakan bahwa pasukan Israel dilaporkan menyerang sekitar rumah sakit Kamal Adwan di Gaza utara beberapa kali pada pekan ini saja.

“Praktik kedokteran sedang diserang. Sebagai seorang dokter yang berpraktik, saya tidak dapat membayangkan apa yang dialami rekan-rekan saya di Gaza. Mereka bekerja sementara rekan-rekan mereka dan orang-orang yang mereka cintai diserang. Banyak yang terbunuh saat merawat pasien mereka,” kata Mofokeng dalam pernyataannya, Kamis (7/12/2023).

Baca Juga:  Hari Kebebasan Pers Sedunia: Israel Bunuh dan Bungkam Jurnalis Palestina

Sejak 7 Oktober, sedikitnya 364 serangan terhadap layanan kesehatan telah tercatat di wilayah pendudukan Palestina, yang mengakibatkan lebih dari 550 kematian dan hampir 730 korban luka-luka, menurut PBB.

Selain itu, lebih dari 50 fasilitas kesehatan dan 190 ambulans ikut terdampak pertempuran Israel dan kelompok pejuang Palestina, Hamas.

Berdasarkan aturan perang, fasilitas sipil seperti rumah sakit dilarang diserang.

Israel mengeklaim Hamas menggunakan rumah sakit sebagai basis operasi, tetapi belum bisa memberikan bukti yang meyakinkan mengenai klaim tersebut.

Dalam pernyataan PBB juga disebutkan bahwa sejumlah petugas kesehatan telah ditangkap, ditahan, atau terluka, termasuk direktur jenderal Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Jalur Gaza, yang ditangkap pada 23 November dan saat ini dilaporkan masih hilang.

Baca Juga:  Polisi Kejar Pelaku Perusakan Bus Primajasa di Tangerang, Diduga Pengamen

Mofokeng kemudian melaporkan bahwa Rumah Sakit Indonesia telah mengalami 35 serangan bom sejak 28 Oktober.

“Infrastruktur layanan kesehatan di Jalur Gaza telah sepenuhnya dilenyapkan. Kita berada dalam masa tergelap dalam mendapatkan hak atas kesehatan dalam hidup kita,” kata pelapor khusus tersebut.

Ia mengecam pelanggaran yang berlebihan terhadap perlindungan khusus yang diberikan kepada warga sipil, anak-anak, dan tenaga medis berdasarkan hukum humaniter internasional, serta pelanggaran luas terhadap hukum hak asasi manusia internasional.

Menggarisbawahi perlunya mencegah konflik dan mengatasi akar permasalahan, Mofokeng menegaskan kembali seruannya untuk segera melakukan gencatan senjata dan mengakhiri pendudukan wilayah Palestina.

“Kami menyaksikan perang yang memalukan terhadap petugas kesehatan. Perang ini terjadi karena kurangnya kepemimpinan politik. Akhiri perang di Gaza, akhiri sekarang juga,” serunya.

Baca Juga:  13 Orang Jadi Korban, ISSES Pertanyakan Sistem Pengamanan TNI dalam Musnahkan Amunisi

Back to top button