OJK Sulselbar Sebut Budi Daya Pisang Atasi 4 Masalah Utama Di Sulsel

Program Itu Dapat Mendorong Implementasi 4 dari 8 Program Prioritas

INILAHSULSEL.COM, MAKASSAR – Kepala Otoritas Jasa Keuangan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (OJK Sulselbar) Darwisman menyebut program budi daya pisang Cavendish yang dicanangkan Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin berdampak besar pada pertumbuhan ekonomi.

Menurut dia, program itu dapat mendorong implementasi 4 dari 8 program prioritas. Di ntaranya, Pengendalian Inflasi, Penanganan Stunting dan Gizi Buruk, Pengentasan Kemiskinan Ekstrem dan Ketahanan dan Kedaulatan Pangan.

“Program prioritas Pemerintah Sulsel disinergikan dan dikolaborasikan antara OJK dan industri jasa keuangan melalui Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD). Termasuk untuk program budi daya Canvendish,” kata Darwisman dalam keterangannya yang diterima Kamis (7/12/2023).

Dia menjelaskaan, untuk penanganan inflasi, apabila budi daya pisang berlangsung secara konsisten, hal tersebut dapat menjadi sumber pasokan buah yang stabil di pasar lokal. Hal itu pun dapat mengurangi fluktuasi harga dan membantu menjaga inflasi tetap rendah untuk produk-produk buah-buahan.

Sementara untuk penanganan stunting dan gizi buruk, pisang Canvendish mengandung zat gizi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kemudian, terkait pengentasan kemiskinan ekstrem, budi daya pisang dapat memberikan sumber pendapatan yang stabil bagi petani lokal.

“Hal tersebut dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran di daerah pedesaan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat yang bergantung pada pertanian,” sebutnya,” imbuhnya.

Pisang diproyeksi dapat dipanen sepanjang tahun, sehingga menjadi sumber pangan yang stabil di berbagai musim. Bahwa, pisang adalah tanaman yang tumbuh dengan cepat, sehingga petani dapat memanen hasilnya dalam waktu relatif singkat, diawal panen dapat dilakukan pada 8 bulan pertama, kemudian setiap 4 bulan.

Demikian juga konsumsi tinggi, pisang merupakan buah yang paling banyak dikonsumsi. Pisang juga dapat digunakan dalam inovasi makanan dan minuman. Beberapa ragam jenis makanan olahan di Sulawesi Selatan yang berbahan baku pisang dan sering dikonsumsi antara lain kue Barongko, sanggara Balanda, sanggara Peppe, pisang epe, pisang ijo, Pallu butung dan lainnya.

Adapun ketersediaan lahan di Sulawesi Selatan sebanyak 7 juta hektar, namun baru sekitar 628 ribu lahan (data dari BPS) yang dimanfaatkan sebagai lahan sawah produktif dan sisanya yaitu 6,3 juta masih tergolong lahan tidur kering yang tidak produktif.

Permintaan yang tinggi dan potensi ekspornya, data dari United Nations Comtrade pada tahun 2022 kebutuhan pisang dunia 21 juta ton sedangkan Indonesia mengekspor 22 ribu ton.

“Petani pisang di Sulsel menjadi pioner budidaya pisang cavendish ini dan akan ke petani lainnya,” pungkasnya.

Exit mobile version