News

Ngeri! Tombol Komputer Ngadat, 60.000 Nyawa Lenyap Dihantam Nuklir


Ada kisah nyata yang bikin merinding, soal 60.000 nyawa melayang gara-gara dihantam nuklir. Dan yang paling miris, ledakan mengerikan itu pemicunya cuma satu: kecerobohan manusia!

Insiden tragis ini, yang sampai sekarang masih jadi mimpi buruk, dikenal sebagai ‘Bencana Chernobyl’ atau ‘Tragedi Chernobyl’. Itu terjadi pada 26 April 1986. Bayangkan, ini bagian dari ambisi gila Uni Soviet untuk membangun fasilitas nuklir terbesar di dunia!

Sejak tahun 1977, Soviet memang sukses besar. Mereka berhasil bikin reaktor nuklir berkekuatan 1.000 megawatt! Kapasitas listriknya cukup buat menghidupi satu negara sampai bertahun-tahun lamanya.

Program nuklir Soviet terus digeber, sampai akhirnya bencana besar itu datang di tahun 1986. Kala itu, ada empat reaktor nuklir skala besar di Chernobyl yang kekuatannya setara. Beberapa reaktor lain masih dalam tahap uji coba.

Mengutip The Guardian, uji coba itu sebenarnya untuk memastikan sistem pendingin bekerja tanpa henti. Logikanya, reaktor nuklir itu harus selalu dingin, artinya pasokan air harus tersedia 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Kalau enggak, ya tamat! Reaktor bisa panas dan memicu ledakan dahsyat. 

Baca Juga:  Komitmen St Petersburg: Prabowo dan Putin Sepakat Hormati Kedaulatan Tiap Negara

Dalam uji coba itu, tim nuklir Soviet melakukan aktivasi generator agar turbin terus mengeluarkan air

Uji coba itu sendiri dilakukan pada 26 April 1986. Teorinya, air bakal terus dikeluarin turbin buat mendinginkan inti reaktor. Dari situ, tim mau tahu seberapa lama daya tahan turbin buat tetap menyala. Kedengarannya simpel, kan? Tapi ini soal nuklir!

Orang-orang yang ‘Nggak Kompeten’ Jadi Biang Kerok!

Sayangnya, saat tes krusial itu dilakuin, orang-orang yang terlibat justru tidak kompeten. Parahnya lagi, para pemimpinnya bersikap tertutup dan abai sama masukan-masukan penting. Setidaknya, itulah yang ditunjukkan oleh Deputi Kepala Teknisi Anatoly Stepanovich Dyatlov dan Kepala Teknisi Nicholai Fomin.

Mengutip buku Chernobyl: 01:23:40 (2014), Fomin seperti menutup-nutupi kalau tenaga pendingin itu sebenarnya tidak cukup. Padahal jauh banget dari angka minimal. Fomin tahu kalau tenaga reaktor cuma 200 megawatt, padahal minimalnya 700 megawatt!

Sementara itu, Dyatlov ngotot. Dia memaksa tes harus diadakan hari itu juga. Padahal, di hari uji coba itu, para teknisi sudah angkat tangan. Mereka tahu itu berbahaya dan tak sanggup. Tapi, karena Dyatlov tetap ngotot dan ngasih ancaman mutasi, akhirnya para teknisi nurut juga. Di sinilah petaka dimulai.

Baca Juga:  BUMD Parkir Rentan Titipan Ordal, DPRD DKI: Fokus Tutup Kebocoran PAD

Tombol Komputer Eror, Kiamat Kecil Pun Datang

Saat malam menjelang, teknisi menyalakan generator. Turbin air berhasil masuk. Tapi, di tengah jalan, tenaga generator drop drastis. Tak kuat menyala terus-terusan. Akibatnya, suhu inti reaktor nuklir langsung melesat naik dengan cepat.

Ketika ini terjadi, teknisi buru-buru mencet tombol SCRAM di komputer. Tombol ini harusnya memberi perintah ke sistem buat menghidupi generator. Tapi apa yang terjadi? Tombol itu tidak berfungsi. Kenapa? Karena tidak pernah dicek!

Maka, bencana pun tak terhindarkan. Reaktor nuklir langsung panas sampai 3.000 derajat Celcius. Tak lama kemudian, nuklir langsung meledak dahsyat!

Saat radiasi nuklir meluas, banyak warga masih tidur pulas. Mereka tidak bisa lari dan terpaksa terpapar radiasi super tinggi. Saking tingginya, alat pendeteksi radiasi aja sampai tidak bisa menetukan derajatnya.

Ketika matahari muncul, orang-orang kaget lihat debu bertebaran. Mereka berpikir itu debu biasa, padahal itu debu-debu nuklir! Tamatlah riwayat orang-orang di sana.

Baca Juga:  Hipmi Dukung Ahmad Luthfi Wujudkan Pertumbuhan Ekonomi Hingga 7 persen

BBC mencatat ada 90.000 orang tewas akibat radiasi nuklir dalam jangka panjang. Lalu, ada 600 ribu orang yang terpapar radiasi, tapi tak meninggal. WHO bahkan mencatat, radiasi nuklir ini menyebar sampai jarak 200 ribu kilometer hingga ke Eropa. Dan yang paling bikin melongo, Chernobyl sendiri tidak bisa dihuni manusia sampai 20.000 tahun lamanya akibat efek radiasi dahsyat itu.

Dari musibah ini, ada pelajaran penting yang bisa kita petik. Salah satunya soal kemampuan bekerja sama, berkomunikasi, dan koordinasi yang baik buat kesuksesan sebuah program. Kalau program dipimpin oleh orang yang sering menggampangkan risiko, kejadian tragis seperti ledakan nuklir Chernobyl ini bisa terjadi lagi.

Kedua, uji coba yang detail dan prosedur yang mumpuni itu sangat krusial buat ngejalanin program skala besar. Jangan pernah main-main, apalagi kalau itu menyangkut nyawa orang banyak.

Semoga pelajaran berharga ini bener-bener ditanamkan sama para inovator dan pemimpin di seluruh dunia. Jangan sampai ada ‘Chernobyl’ lainnya cuma karena satu tombol komputer yang eror!

 

Back to top button