Negara Maju Kompak Turunkan Suku Bunga, Sri Mulyani: Duit Asing Ramai-ramai Masuk Indonesia

Tren penurunan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS) yakni Fed Fund rate (FFR) yang diikuti sejumlah negara maju lainnya, membawa berkah bagi negara berkembang (emerging market).
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menyebut, negara yang masuk emerging market, termasuk Indonesia bakal kebagian rezeki nomplok. Aliran dana asing ke emerging market, diproyeksikannya semakin deras.
Diterangkan, melambatnya pertumbuhan ekonomi diikuti kenaikan angka pengangguran di AS, memaksa bank sentral (The Fed) memangkas FFR sebesar 50 basis poin (bps) ke level 4,75-5 persen pada September 2024.
Tak perlu menunggu lama, Bank Sentral Eropa (ECB) pun ikut menurunkan suku bunga acuan pada September juga. Hal yang sama, dilakukan ECB pada Juni 2024.
Untuk kawasan Asia, rendahnya inflasi akibat melemahnya permintaan di dalam negeri (daya beli) di China, mendorong People Bank of China (PBOC) melakukan hal yang sama. Menurunkan suku bunga acuan.
“Dicermati dari 3 partner utama, AS menurunkan 50 bps, Eropa kedua kalinya sejak Juni di September dan China juga menurunkan suku bunga acuan, ini berkah bagi emerging market,” ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (18/10/2024).
Perkembangan ini, menurut Sri Mulyani, meredakan ketidakpastian di pasar keuangan global. Ketakutan terhadap higher for longer (kebijakan moneter ketat) mereda. Modal kuat bagi negara emerging market untuk meningkatkan aliran masuk modal asing.
Karena, lanjut Sri Mulyani, suku bunga di negara utama lebih rendah, sehingga aliran modal (capital flow) kembali ke emerging market. “Ini termasuk masuk ke Indonesia,” jelas Sri Mulyani.
Meski begitu, Sri Mulyani yang diplot melanjutkan jabatan sebagai menkeu, memberikan peringatan serius. Pada Oktober 2024, risiko pasar keuangan global dihadapkan kepada ketidakpastian akibat konflik global. Yakni serangan Israel ke Lebanon, bahkan konfrontasi langsung dengan Iran.