Mr Clean Gagas Program YESS, Dorong Anak Muda Lirik Agrobisnis

Anak muda jangan anggap remeh sektor pertanian. Berkarier di bidang ini tak melulu soal berjibaku dengan lumpur dan teriknya matahari di pematang sawah. Kira-kira paradigma ini yang ingin diubah Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman, lewat Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS).
Asal tahu saja, data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap sektor pertanian menyumbang 11,31 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2024. Angka ini menunjukkan peran strategis sektor pertanian dalam mendukung perekonomian nasional, khususnya di wilayah pedesaan. Potensi besar inilah yang ingin dioptimalkan Kementan melalui peran generasi muda.
Menteri berjuluk Mr Clean ini menegaskan, pentingnya mendorong terciptanya pengusaha-pengusaha muda di sektor ini. “Kalau mau jadi konglomerat, masuk pertanian. Karena peluang ekonomi di sektor pertanian sangatlah besar dan terbuka lebar,” ujar Amran dalam keterangan tertulis, Sabtu (24/5/2025).
Keberadaan anak muda dalam bisnis ini dianggap akan membawa semangat baru, sekaligus juga mempercerpat transformasi teknologi dan model bisnis kekinian di bidang pertanian. Para pemuda diharapkan Amran, berani mengambil peluang di sektor ini.
Direktur Program YESS, Muhammad Amin, menjelaskan bahwa sejak 2019 hingga 2025, program tersebut menargetkan menjangkau 320.000 generasi muda di wilayah pedesaan. Program ini tidak hanya memberikan pelatihan dan penguatan kapasitas, tetapi juga dukungan modal usaha dan akses jejaring pemasaran.
Berdasarkan hasil survei Annual Outcome Survey (AOS) tahun 2024, sebanyak 54,9 persen penerima manfaat program tersebut yang berwirausaha telah mempekerjakan tenaga kerja, baik secara tetap maupun paruh waktu. Total tenaga kerja yang terserap mencapai 1.406 orang, terdiri atas 1.050 pekerja paruh waktu dan 356 tenaga kerja tetap.
Salah satu penerima manfaat YESS, Jajang, seorang petani jamur tiram asal Subang, merasakan langsung dampak positif program ini. Saat ini, produksi jamur tiram miliknya meningkat hingga 2,5 kuintal per panen, melibatkan delapan tenaga kerja, serta bekerja sama dengan sekitar 30 mitra.
“Awalnya kami hanya bergantung pada harga pasar. Sejak bergabung dengan program YESS, kami mulai mengembangkan olahan jamur dan nilai jual meningkat,” ujarnya.