Mogamed Ankalaev, Jawara yang Tak Kunjung Diberi Ruang Bertarung dengan Monster Berat Ringan Alex Pereira

Namun, seperti juga London yang dingin, nasib Ankaleav malam itu, kalau kata orang Sunda, ‘’keur tiis”—tengah sial. Dalam hitungan detik, dominasi itu berubah jadi hal yang ganjil. Paul Craig, dalam posisi terlentang ditunggangi Ankalaev, menguncinya dengan submission triangle choke. Dalam panik dan dada megapmegap kehabisan udara, Ankalaev terpaksa menyerah saat waktu menunjukkan satu detik tersisa. Laga yang nyaris sempurna berubah menjadi tragedi buat dirinya. Mencengkeram dinding Octagon, penonton melihat wajah Ankalaev muram berbaur gusar.
Di dingin malam London, 17 Maret 2018, Mogamed Ankalaev melangkah ke Octagon Ultimate Fighting Championship (UFC) untuk pertama kalinya. Anak muda berbakat dari Dagestan itu membawa harapan besar tanah kelahirannya, untuk kian meneguhkan dominasi Dagestan di ajang bela diri campuran (MMA). Malam itu, di UFC Fight Night 127, ia bertemu Paul Craig, veteran jawara MMA asal Skotlandia yang dikenal dengan keahlian submission-nya.
Di tiga ronde pertama, Ankalaev mendemonstrasikan kehebatannya–pukulan tajam, grappling solid, dan dominasi fisik atas Craig. Beberapa kali pukuklannya membuat Craig terjajar, bantingannya bikin tubuh Craig terbanting ke lantai Octagon. Komentator memuji keunggulannya, menyebut dirinya “generasi baru dari dominasi Dagestan.”
Namun, seperti juga London yang dingin, nasib Ankaleav malam itu, kalau kata orang Sunda, ‘’keur tiis”—tengah sial. Dalam hitungan detik, dominasi itu berubah jadi hal yang ganjil. Paul Craig, dalam posisi terlentang ditunggangi Ankalaev, menguncinya dengan submission triangle choke. Dalam panik dan dada megapmegap kehabisan udara, Ankalaev terpaksa menyerah saat waktu menunjukkan satu detik tersisa. Laga yang nyaris sempurna berubah menjadi tragedi buat dirinya. Mencengkeram dinding Octagon, penonton melihat wajah Ankalaev muram berbaur gusar.
“Saat itu, dunia bagi saya seolah runtuh,” ujar Ankalaev dalam sebuah wawancara. “Tapi saya tahu, saya tidak akan membiarkan kekalahan itu menjadi cerita akhir saya di UFC.”
Untunglah, alih-alih membuatnya terpuruk, kekalahan di debut itu justru menjadi bahan bakar untuk kebangkitan Ankalaev. Ia kembali ke Dagestan, tempat di mana kerja keras dan tekad adalah fondasi keberhasilan. Di desanya yang kecil, Khasavyurt, ia kembali berlatih dengan pelatih dan mentor lamanya. “Kami tidak menyerah,” kata pelatihnya. “Mogamed tahu dia harus belajar dari kekalahan itu, bukan bersembunyi darinya.”
Ankalaev kembali ke Oktagon dengan misi baru: membuktikan bahwa dia lebih dari sekadar petarung berbakat. Dalam delapan laga berikutnya, ia tidak hanya menang, tetapi juga mendominasi lawan-lawannya. Salah satu momen terbesarnya adalah kemenangan KO atas Dalcha Lungiambula pada 2019, di mana tendangan tinggi Ankalaev menjadi headline di mana-mana. Dari kekalahan pahit, ia menjelma menjadi ancaman serius di divisi light heavyweight UFC.
Mengapa Pertarungan Melawan Pereira tak Kunjung Terjadi?
Dengan rekam jejak yang mengesankan, banyak yang bertanya-tanya mengapa Mogamed Ankalaev belum juga mendapat kesempatan melawan Alex Pereira. Ada beberapa alasan di balik ini:
Keputusan Kontroversial UFC 282: Pada UFC 282, Ankalaev bertarung melawan Jan Błachowicz dalam laga perebutan gelar interim yang berakhir imbang. Meski banyak yang berpendapat bahwa Ankalaev layak menang, hasil itu membuatnya kehilangan momentum sebagai penantang utama.
Popularitas Pereira: Alex Pereira, dengan statusnya sebagai mantan juara middleweight dan rivalitasnya dengan Israel Adesanya, memiliki daya tarik komersial yang lebih besar. UFC tampaknya memprioritaskan pertarungan dengan nilai jual tinggi.
Faktor Strategi: Pereira dikenal dengan striking-nya yang mematikan, sementara Ankalaev unggul dalam grappling. UFC mungkin sedang mencari waktu yang tepat untuk memaksimalkan antusiasme publik terhadap laga tersebut.
Laga itu memang menarik, meski bagi kalangan Muslim artinya tak menambah juara Muslim di UFC. Keduanya, baik Ankalaev maupun Pereira, adalah Muslim.
Darah Dagestan
Mogamed Ankalaev adalah bagian dari dominasi petarung Dagestan di MMA, bersama nama-nama besar seperti Khabib Nurmagomedov, Islam Makhachev, Umar Nurmagomedov, dan puluhan lainnya. Namun, Ankalaev tidak berlatih di bawah bimbingan Abdulmanap Nurmagomedov dan tim “Eagles MMA”. Ia lebih sering bekerja dengan pelatih lokal di Dagestan.
“Saya menghormati Khabib dan apa yang dia capai,” kata Ankalaev dalam wawancara bersama ESPN. “Tetapi setiap orang punya jalan masing-masing, dan saya merasa nyaman dengan tim saya saat ini.”
Lahir pada 2 Juni 1992 di desa kecil Khasavyurt, Mogamed tumbuh dalam budaya yang menjunjung tinggi seni bela diri. Di Dagestan, olahraga seperti sambo dan gulat bukan sekadar hobi, melainkan bagian dari kehidupan sehari-hari. Sejak usia dini, Mogamed sudah terbiasa dengan rutinitas pelatihan keras.
“Ketika kamu tumbuh di Dagestan, kamu belajar untuk bertarung, bukan hanya secara fisik, tetapi juga mental,” ujar Ankalaev. Pendidikan ini membentuk karakter Ankalaev yang keras, disiplin, dan tidak mudah menyerah.
Di luar Oktagon, Mogamed Ankalaev adalah pria sederhana dan rendah hati. Ia lebih suka menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga atau berburu di pegunungan Dagestan. Salah satu kebiasaan uniknya adalah membawa makanan tradisional seperti khinkal, semacam oangsit yang dimakan bersama daging rebus, dan shashlik, daging panggang khas Dagestan, ke kamp pelatihan.
“Saya ingin selalu terhubung dengan budaya saya,” kata Ankalaev. “Makanan adalah cara saya membawa Dagestan ke mana pun saya pergi.”
Ketika berbicara tentang persiapannya menghadapi lawan besar seperti Alex Pereira, Ankalaev menunjukkan kematangan. Ia dikenal sebagai petarung yang selalu mempelajari lawannya dengan cermat. “Saya tidak hanya berlatih untuk menang, tetapi juga untuk memahami kelemahan lawan,” ujarnya.
Dalam kamp pelatihan terakhirnya, Ankalaev fokus memperkuat striking untuk menghadapi gaya Pereira yang eksplosif, sambil tetap mengasah grappling sebagai senjata utamanya
Dunia MMA terus menantikan pertarungan antara Mogamed Ankalaev dan Alex Pereira. Dengan rekam jejaknya, Ankalaev telah membuktikan bahwa ia layak menjadi penantang gelar. Meski pertarungan ini belum terwujud, satu hal yang pasti: Mogamed Ankalaev tidak akan berhenti berjuang. Dengan semangat Dagestan yang membara, ia akan terus maju, menunggu waktunya untuk bersinar di puncak UFC. []