Menteri Kebudayaan Fadli Zon Ajak Masyarakat Telusuri Jejak Manusia Purba di Situs Sangiran

Situs Manusia Purba Sangiran, yang terletak di Sragen dan Karanganyar, menyimpan bukti penting mengenai peradaban manusia purba di masa awal sejarah. Kawasan yang terdiri dari lima klaster (Bukuran, Krikilan, Manyarejo, Ngebung, dan Dayu) ini menyimpan jejak evolusi manusia, fauna, dan budaya selama 2,4 juta tahun terakhir.
“Berbagai temuan di kawasan ini, seperti Sangiran 17 atau S17, yang merupakan temuan Homo erectus terlengkap di Asia Tenggara, serta ratusan temuan Homo erectus lainnya yang berasal dari setidaknya 1,5 juta tahun yang lalu menunjukkan betapa tuanya peradaban manusia di Indonesia. Hal ini menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki peran penting dalam evolusi manusia yang merupakan bagian kompleks dalam sejarah peradaban dunia,” ungkap Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (8/2).
Menjelajahi Lima Klaster Sangiran:
- Bukuran: Klaster ini merupakan lokasi penemuan sebagian besar manusia purba jenis Homo erectus dan menampilkan fosil dari berbagai situs paleoantropologi di seluruh dunia. Diorama rekonstruksi 3 tipe Homo erectus (Arkaik, Tipik, dan Progresif) yang pernah hidup di Jawa juga dapat dilihat di sini.
- Krikilan: Di klaster ini, pengunjung dapat melihat rekonstruksi Homo erectus dari fosil Sangiran 17, tengkorak Homo erectus paling lengkap di Asia, fosil fauna purba, artefak, dan lapisan tanah tua Sangiran. Diorama hewan-hewan purba seperti gajah, kerbau, banteng, rusa, dan kuda sungai juga tersedia.
- Manyarejo: Museum Lapangan Manyarejo menjadi contoh kolaborasi antara pengetahuan ilmiah dan tradisi lokal tentang penggalian. Fragmen tulang rusuk dan panggul gajah serta tengkorak banteng menunjukkan jejak binatang purba di kawasan ini.
- Ngebung: Klaster ini menampilkan berbagai artefak budaya serta fosil binatang dari Pleistosen Bawah hingga tengah, merepresentasikan budaya manusia purba di situs Sangiran.
- Dayu: Berbeda dengan klaster lainnya, Museum Dayu menggambarkan evolusi lingkungan Sangiran secara berurutan, mulai dari rawa, pengangkatan daratan dan material erupsi gunung api purba, hingga menjadi daratan.
Kontribusi Penting bagi Peradaban Dunia:
“Berbagai tinggalan yang ditemukan di lima titik di wilayah Situs Manusia Purba Sangiran ini menunjukkan betapa nenek moyang kita memiliki kontribusi besar dalam peradaban manusia di dunia dan tentunya hal ini menjadi sumber pengetahuan penting mengenai evolusi manusia, fauna, kebudayaan, dan lingkungan,” tambah politikus lulusan S3 Ilmu Sejarah Universitas Indonesia tersebut.

Sangiran, yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada tahun 1996, menjadi lokasi ditemukannya lebih dari 50% temuan Homo erectus dunia, dan berbagai temuan fosil manusia purba lainnya.
“Pemerintah, melalui Kementerian Kebudayaan berupaya untuk memperkuat literasi sejarah, khususnya terkait narasi mengenai Indonesia sebagai salah satu pusat peradaban tertua di dunia bagi masyarakat umum dan generasi muda yang tentu saja hal ini sangat penting bukan hanya sebagai upaya menambah pengetahuan, namun juga menanamkan rasa cinta dan bangga atas peradaban bangsa Indonesia yang besar,” tutup Fadli Zon.