Menteri Fadli Zon: 228 Cagar Budaya Nasional Jadi Bukti Kaya Ragam Budaya Indonesia

Kekayaan keragaman budaya Indonesia tercatat memiliki 228 cagar budaya berperingkat nasional dan ribuan warisan budaya tak benda. Data ini diungkapkan oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam seminar internasional pantun nusantara yang digelar secara daring pada Senin (10/06).
“Berdasarkan data Kementerian Kebudayaan, kekayaan keragaman budaya kita berupa cagar budaya yang berperingkat nasional berjumlah 228. Jumlah ini masih jauh dari kenyataan yang ada di lapangan,” ujar Fadli.
Selain cagar budaya, Indonesia juga memiliki 2.213 warisan budaya tak benda yang telah ditetapkan di level nasional. Bahkan, 16 di antaranya telah mendapat pengakuan dari UNESCO.
“Terakhir adalah Reog Ponorogo. Kemudian, join nomination untuk kebaya dan musik kolintang, serta pantun pada tahun 2020,” lanjut Fadli.
Kementerian Kebudayaan berkomitmen untuk menjaga warisan budaya, termasuk warisan budaya tak benda seperti pantun. Upaya pelestarian dilakukan melalui sosialisasi yang melibatkan berbagai pihak, seperti asosiasi dan komunitas.
“Pantun adalah cerminan kebijaksanaan lokal yang sarat pesan moral. Ini adalah tugas kita bersama untuk memastikan keberlanjutannya,” tegas Fadli.
Pantun, sebagai warisan budaya tak benda yang telah diakui oleh UNESCO pada tahun 2020, memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Fadli berharap, berbagai kegiatan yang menyertakan pantun dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan kekayaan tradisi Indonesia.
Di era digital saat ini, pelestarian pantun dapat dilakukan melalui pemanfaatan teknologi. Fadli mendorong penggunaan platform digital, seperti media sosial dan aplikasi, untuk memperkenalkan pantun kepada generasi muda.
“Era digital menawarkan berbagai platform untuk memperkenalkan pantun, terutama di kalangan generasi muda. Media sosial adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari,” kata Fadli.
Fadli menekankan pentingnya mempertahankan pantun dalam bentuk tradisional. Namun, ia juga mengajak untuk melakukan adaptasi modern agar pantun tetap relevan dan mudah diakses oleh semua lapisan masyarakat.