Upaya PT Pertamina (Persero) mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi mendapat dukungan penuh dari Menteri BUMN, Erick Thohir (Etho). Langkah Pertamina itu tertuang dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan hingga 2029.
Selain itu, kata Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso, selaras dengan misi dan program Astacita dari pemerintahan Prabowo Sunianto-Gibran Rakabuming Raka.
“Strategi dan rencana bisnis perseroan untuk mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi nasional didukung Kementerian BUMN. Untuk itu, Pertamina mendorong seluruh anak usahanya mengejar target bisnis dan operasional secara efektif dan efisien,” kata Fadjar di Jakarta, Senin (20/1/2025).
Ia menyampaikan, dukungan Menteri Etho terhadap berbagai upaya bisnis Pertamina dihadirkan untuk menyediakan energi yang dibutuhkan seluruh masyarakat dengan menjalankan strategi pertumbuhan ganda. Yakni, memaksimalkan bisnis warisan minyak dan gas bumi, serta membangun bisnis baru dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT) yang rendah karbon.
Menurut Fadjar, strategi pertumbuhan ganda dilakukan dengan optimalisasi produksi hulu minyak dan gas bumi dimana saat ini Pertamina telah mencatatkan produksi migas sebesar 1,05 juta BOEPD (barel setara minyak per hari). Rinciannya, produksi minyak sebanyak 556 ribu BOPD (barel minyak per hari) dan produksi gas bumi sebesar 2, 86 miliar SCFD (standar kaki kubik per hari).
Pertamina, kata Fadjar, terus melanjutkan peningkatan (upgrading) kilang dan pembangunan kilang baru. Salah satu proyek tersebut, yakni proyek pembangunan kilang Balikpapan yang kini pembangunannya telah mencapai 92 persen. “Optimalisasi kilang yang dijalankan Pertamina telah mengantarkan Indonesia mandiri avtur dan solar,” lanjunya.
Fadjar mengungkapkan, Pertamina juga melayani kebutuhan BBM dan LPG untuk masyarakat dengan terus meningkatkan Program BBM 1 Harga di wilayah tertinggal, terdepan, terluar (3T) yang kini mencapai 573 titik.
Saat ini, Pertamina menyediakan 6.703 outlet Pertashop guna melayani masyarakat yang jauh dari SPBU. Sedangkan untuk penyediaan LPG ke 96 persen desa di Indonesia, ditempuh dengan program one village one outlet (OVOO), serta peningkatan digitalisasi ke seluruh infrastruktur pemasaran.
Dalam pengembangan bisnis energi rendah karbon, katanya lagi, Pertamina telah memiliki kapasitas terpasang energi baru terbarukan sebesar 2.502 MW dan produksi Geothermal 4,6 GWh. Bahkan, perusahaan gas nasional ini menjadi pionir dalam perdagangan karbon di Indonesia dengan pangsa pasar nasional sebesar 95 persen, sehingga dapat mendukung program dekarbonisasi pemerintah mencapai target Net Zero Emission (NZE) 2060.