Market

Menteri Etho Beri PT Vale Pilihan, Saham Murah atau Lahan Menciut

Menteri BUMN, Erick Thohir mengakui negosiasi pembelian saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) masih mentok soal harga. Tetapi bila Vale memasang harga tinggi maka lahan tambangnya berpotensi kian menciut.

Ancaman tersebut dilakukan Menteri Etho, sapaan akrabnya, bila Vale tidak bersedia melepas sahamnya di harga yang paling murah. Ancaman ini diungkapkan karena sampai saat ini negosiasi harga masih terus dilakukan dan belum mendapatkan kesepakatan.

“Kan kita masih negosiasi. Ya kita maunya negosiasi harga semurah-murahnya,” tegas menteri Etho kepada media Selasa (21/11/2023) di Kementerian ESDM, Jakarta.

Nah apabila Vale enggan memberikan harga yang murah, Erick mengancam akan melakukan relinquish atau penciutan lahan tambang Vale Indonesia.

Baca Juga:  Bisnis Sawit Masih Menjanjikan, Jhonlin Agro Raya Bukukan Laba Rp59,7 Miliar di 3 Bulan Pertama

“(Vale minta harga premium) Nggak bisa, kalau begitu kita akan relinquish sebagian (lahan tambang) punya mereka yang nggak sesuai komitmen,” ujar Erick.

Menteri Etho mengakui memang negosiasi harga saham Vale sedikit alot. Tapi bukan berarti negosiasi tidak berjalan. Buktinya kesepakatan awal pelepasan saham 14% sudah diteken.

“Makanya kan saya bilang negosiasi alot bukan berarti nggak jadi, MOU kita jalankan kok itu 14% sepakat. Tapi valuasi harus dengan baik dong, kan ini pertanggungjawaban kita,” ujar Erick.

Sejauh ini PT Vale Indonesia memiliki struktur kepemilikan saham sebagai berikut: Vale Canada Limited 43,79%, Sumitomo Metal Mining (SMM) 15,03%, holding tambang BUMN MIND ID 20%, kepemilikan saham publik 20,64% dan Vale Japan Limited 0,54%. Kabarnya kepemilikan Vale Canada Limited dan juga Sumitomo Metal Mining yang bakal didivestasi.

Baca Juga:  Penerimaan Naik, RUPST Garuda Indonesia Kukuhkan Kinerja Mentereng di Kuartal I-2025

Soal penciutan lahan Vale Indonesia sebelumnya sempat disebutkan oleh Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR, Rabu 30 Agustus 2023.

Menurutnya, Vale gagal memenuhi kewajiban investasi yang tercantum dalam Kontrak Karya yang bakal berakhir Desember 2025.

Beberapa komitmen tersebut yakni meningkatkan produksi nickel matte 25% pada Proyek Sorowako dari rata-rata produksi aktual 2009-2013, investasi pembangunan kapasitas dryer & klin yang berubah menjadi investasi smelter high pressure acid leaching (HPAL).

Selain itu, ada dua komitmen investasi Vale pada amandemen Kontrak Karya 2014 yang belakangan berubah di ujung masa konsesi, seperti fasilitas HPAL dengan Sumitomo dan pengembangan proyek Bahodopi pada KK 2014 juga tidak menunjukan kemajuan signifikan dari sisi keekonomian dan kelayakan bisnis.

Baca Juga:  Jaga Alamnya yang Indah, Gerindra Dorong Evaluasi Tambang Nikel Raja Ampat

“Kami berharap pemerintah dapat melakukan pengkajian dan penilaian sehingga apabila komitmen pengembangan tidak terpenuhi, maka sesuai aturan KK maka perlu dilakukan relinquishment di area terkait proyek,” kata Hendi.
 

Back to top button