Menlu Spanyol: Israel Tampaknya Ingin Ubah Gaza Jadi Pemakaman Luas

Menteri Luar Negeri Spanyol José Manuel Albares mengatakan serangan militer Israel di Jalur Gaza ‘tidak masuk akal, kecuali jika tujuannya memang ingin mengubah Gaza menjadi pemakaman yang luas’.
“Sudah habis waktu untuk membuat pernyataan dan berkata-kata, karena situasi di Gaza terlalu serius,” katanya kepada wartawan di Brussels, Belgia, saat menghadiri pertemuan Dewan Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Selasa (20/5/2025).
Atas dorongan Spanyol dan 16 negara lainnya, Uni Eropa pada hari yang sama sepakat untuk meninjau kembali Perjanjian Asosiasi dengan Israel, yang selama ini memberikan hak istimewa perdagangan kepada negara yang dibangun di atas tanah rakyat Palestina itu.
Pada Februari 2024, Spanyol dan Irlandia telah mengirim surat permintaan peninjauan terhadap perjanjian itu. Surat tersebut menyebutkan bahwa hubungan Uni Eropa dan Israel harus didasarkan pada penghormatan terhadap hak asasi manusia.
Uni Eropa baru sekarang ini memutuskan untuk menindaklanjuti permintaan tersebut.
Menurut Albares, kini semakin banyak negara yang ‘siap’ dan mulai sejalan dengan posisi Spanyol.
“Kita melihat tindakan sengaja dari Israel untuk menghambat bantuan kemanusiaan, dan secara langsung menyebabkan kelaparan,” tegasnya.
Albares menggambarkan situasi di Gaza sebagai ‘tak tertahankan, tak manusiawi, dan tak bisa dibiarkan’, serta mendesak Uni Eropa agar melakukan ‘segala hal yang mungkin’ untuk segera menghentikan penderitaan itu.
“Jika warga Gaza tidak dibunuh oleh bom, mereka akan mati kelaparan atau karena tidak mendapat layanan kesehatan. Kita tak bisa menoleransi ini walau semenit pun,” katanya.
Albares menyebut bahwa dirinya mengetahui Israel tengah menyiapkan sistem baru untuk distribusi bantuan kemanusiaan.
“Meski rinciannya belum jelas, sistem ini tampaknya tidak sesuai dengan prinsip kemanusiaan seperti netralitas, ketidakberpihakan, dan independensi, serta tidak memungkinkan distribusi tanpa syarat kepada seluruh warga yang membutuhkan,” katanya menambahkan.
Masih di hari yang sama, Inggris mengumumkan akan menghentikan sementara perundingan dagang dengan Israel.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyebut kondisi kemanusiaan di Gaza ‘tak dapat ditolerir’.