MSG adalah bumbu rasa umami yang terdiri dari Sodium, Asam Glutamat dan air. MSG yang biasa dikenal sebagai micin, vetsin, dan penyedap masakan. MSG sering ditemui saat menikmati makanan Bakso, Mie Ayam, Nasi Goreng serta berbagai jenis makanan lainnya.
Ahli Gizi dari Healthy Go Catering, Melliana Eka S,Tr,Gz menjelaskan MSG digunakan selama lebih dari satu abad untuk meningkatkan dan menyeimbangkan rasa gurih dalam makanan.
“Makanan yang bergizi itu tidak hanya sekadar untuk memenuhi semua kebutuhan tubuh, tapi mengutamakan rasa, karena dari rasa itu segala komponen makanan dapat dinikmati oleh lidah dan menambah selera orang itu,” ujar Eka, Jakarta, Selasa (22/04/2025).
Badan Pengawas Obat & Makanan (BPOM) menyatakan MSG sebagai bahan tambahan pangan kategori penguat rasa telah diizinkan penggunaannya di Indonesia dan diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan.
Berbagai penelitian pada manusia terbukti MSG tidak memberatkan beberapa kondisi penyakit. Dalam Jurnal Mutu Pangan 2014 disebutkan penggunaan bumbu umami dapat meningkatkan asupan gizi pasien TBC dan mempercepat penyembuhan penyakit.
Hal ini memperkuat penelitian sebelumnya dari The American Journal of Clinical Nutrition edisi Vol 90, September 2009 tentang Uji Klinis Glutamat untuk Peningkatan Gizi dan Kesehatan pada Lansia di Jepang.
“MSG bersifat self limiting, penambahan berlebihan menimbulkan rasa tidak enak manusia mampu secara otomatis membatasi kebutuhan MSG, jika berlebihan akan menimbulkan rasa yang tidak disukai dengan sendirinya. Tidak ada satu pun makanan yang terbaik atau terburuk, yang ada hanyalah porsi yang tepat atau tidak,” paparnya.
Melliana Eka menambahkan mengenai makanan bergizi itu adalah suatu makanan yang seimbang dari mulai kecukupan protein, karbohidrat, serta keseimbangan rasa yang di dapat dari bahan pangan tambahan seperti MSG.
“Karena itu makanan yang dikonsumsi jangan sampai terasa hambar sehingga membuat orang yang menyantapnya tidak selera,” ujarnya.