Masih Banyak Murid Sekolah Reguler tak Bisa Baca, Negara Sibuk Bangun Sekolah Garuda


Kepala Bidang Advokasi Guru Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Iman Zanatul Haeri, mengkritisi kebijakan pemerintah yang sedang gencar membentuk Sekolah Garuda. Kebijakan ini dinilai belum menjawab akar persoalan utama dalam sistem pendidikan nasional, utamanya menyangkut rendahnya kemampuan literasi siswa dan buruknya infrastruktur sekolah.

“Jadi ini stimulus sebetulnya untuk memagari anak-anak di level bawah dan di level atas, cara pikirnya seperti itu ya. Namun tetap saja bagi kami dari P2G, fokus kita tetap harus pada sekolah-sekolah reguler,” ujar Iman kepada Inilah.com, Jakarta, Rabu (21/5/2025).

Iman menilai, pemerintah justru terkesan terlalu fokus mengurusi pendidikan kalangan tertentu, sementara sebagian besar siswa di sekolah reguler masih menghadapi persoalan mendasar.

Ia menyebut, hingga kini lebih dari 50 persen sekolah negeri masih dalam kondisi rusak berat maupun ringan. Belum lagi, seperti yang disinggung di awal, masalah serius lainnya seperti kemampuan literasi dan numerasi siswa yang memprihatinkan.

“Skor literasi numerasi kita memprihatinkan. Di Bali, ratusan anak tidak bisa membaca. Lalu banyak anak-anak di Jawa Barat, misalkan, tidak tahu geografi yang sangat mendasar,” tegasnya.

Ia menegaskan, kebijakan seperti Sekolah Unggul Garuda dan Sekolah Rakyat tidak salah jika dijalankan sebagai program afirmatif.

Namun, pemerintah tidak boleh melupakan pekerjaan rumah yang jauh lebih besar: memperbaiki kualitas pendidikan di sekolah-sekolah reguler yang justru menampung sebagian besar siswa di Indonesia.

Sebelumnya, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie mengumumkan bahwa sebanyak 12 sekolah resmi ditetapkan sebagai Sekolah Garuda Transformasi dan akan mulai beroperasi pada tahun ajaran 2025/2026.

Program ini merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas SMA dan Madrasah Aliyah (MA) yang tersebar di berbagai pelosok Indonesia, guna menyiapkan sumber daya manusia yang unggul dan mampu bersaing di tingkat global, khususnya di bidang sains dan teknologi.

“Bagaimana kita bisa memberikan akses kepada mereka yang sebelumnya mungkin mengalami kesulitan untuk mendapatkan pendidikan berkualitas di bidang sains dan teknologi, inilah dibangunnya Sekolah Garuda,” kata Stella di Jakarta, Sabtu (18/5/2025).

Stella menjelaskan, sekolah-sekolah ini sudah memiliki kualitas tinggi, sehingga pemerintah tidak akan melakukan perubahan signifikan dalam kurikulum atau sistem pembelajaran. Namun, akan ada bimbingan intensif mulai Agustus 2025, khususnya untuk siswa kelas 12 agar siap bersaing masuk ke universitas-universitas top dunia.
 

Exit mobile version