Luke Shaw Bela Amorim usai MU Kalah di Final Liga Europa: Pemain yang Harus Introspeksi


Di tengah gelombang kritik dan spekulasi soal masa depan Ruben Amorim usai Manchester United kalah 0-1 dari Tottenham Hotspur di final Liga Europa, bek senior Luke Shaw tampil membela. Dalam wawancara pasca pertandingan, Shaw menyebut Amorim sebagai sosok yang tepat untuk membawa Setan Merah bangkit—dan justru menyalahkan performa para pemain, termasuk dirinya sendiri.

“Saya bisa bilang 100 persen sekarang: dia adalah orang yang tepat,” tegas Shaw dikutip dari Skysports. 

“Hasil musim ini memang sangat buruk, saya tahu itu. Tapi sebagai pemain yang sudah cukup lama di sini dan pernah dilatih banyak manajer, Ruben punya sesuatu yang berbeda,” sambungnya.

Pernyataan Shaw ini muncul di momen emosional. Ia mengaku kecewa berat, bukan hanya karena hasil final Liga Europa, tetapi karena performa buruk tim sepanjang musim. MU finis di peringkat ke-16 Premier League dan gagal tampil di kompetisi Eropa musim depan.

“Kami semua hancur. Ini bukan akhir yang kami bayangkan,” ujarnya. “Tapi masalah kami bukan hanya malam ini—seluruh musim ini jauh dari kata cukup. Kami semua harus bertanya pada diri sendiri, apakah kami pantas berada di klub ini?”

Gol tunggal Spurs dicetak oleh Brennan Johnson, memanfaatkan kesalahan koordinasi antara Shaw dan Dorgu di babak pertama. Shaw mengakui kontribusinya dalam kegagalan tersebut dan menyampaikan permintaan maaf kepada fans.

“Saya tahu fans pasti marah, dan mereka berhak. Tapi saya ingin ucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas dukungan mereka sepanjang musim ini, meskipun hasil kami memalukan,” ucapnya.

Lebih lanjut, Shaw menegaskan bahwa jika ingin bangkit, MU harus tetap bersama Amorim dan memberikan waktu untuk membangun ulang tim.

“Ruben tahu apa yang harus dilakukan untuk membenahi klub ini. Saya percaya dia akan melakukan segalanya agar Manchester United kembali ke puncak. Kami sekarang ada di titik terendah, dan satu-satunya jalan adalah naik ke atas.”

Dengan suara dari ruang ganti yang tetap mendukung Amorim, tekanan kini beralih ke manajemen klub: mempertahankan pelatih yang diyakini pemain sebagai sosok pembawa perubahan—atau memulai lagi dari nol.

Exit mobile version