News

Korsel Genting, Remaja Bunuh Diri Kian Mengerikan: Ada Apa Gerangan?


Kabar duka kembali menyelimuti Korea Selatan. Pekan lalu, kota pelabuhan Busan diguncang tragedi pilu: tiga siswi sekolah menengah meregang nyawa. Kejadian ini bukan sekadar insiden, melainkan alarm keras yang menyoroti fakta mengerikan: tren bunuh diri di kalangan remaja Negeri Ginseng ini semakin mengkhawatirkan.

Bayangkan saja, menurut laporan Yonhap, tahun lalu ada 221 siswa dari jenjang SD hingga SMA yang memilih mengakhiri hidup. Angka ini naik tujuh jiwa dari tahun sebelumnya, bahkan lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan tahun 2015! 

Data ini, yang dirilis Kementerian Pendidikan, jelas menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tak beres dalam sistem sosial dan pendidikan mereka.

Mengapa Ini Penting?

Korea Selatan, negara maju yang paradoks. Mereka punya tingkat bunuh diri tertinggi di antara negara-negara maju lainnya. Tahun lalu, angkanya mencapai puncaknya dalam 13 tahun terakhir, yakni 14,4 kasus per 100 ribu penduduk. 

Baca Juga:  KPK Diingatkan tak Istimewakan Ridwan Kamil, Segera Panggil Usut Aliran Dana Iklan

Ini bukan sekadar statistik, ini adalah cermin dari tekanan hidup yang luar biasa di sana.

Meskipun kelompok lansia masih jadi yang paling rentan, kini bunuh diri menjadi penyebab utama kematian bagi mereka yang berusia 10 hingga 39 tahun. Tragis, bukan? 

Upah yang seret, harga sewa yang melambung tinggi, ditambah lagi stigma budaya terhadap pembahasan kesehatan mental, semua ini jadi koktail pahit yang memperparah masalah.

Apa yang Terjadi di Balik Angka-Angka Itu?

Lantas, apa yang membuat para remaja ini memilih jalan pintas? Stres akibat tekanan nilai akademik adalah biang kerok utama. Bayangkan, sejak dini mereka sudah dipaksa bersaing ketat, dibebani ekspektasi yang kadang tak masuk akal. Belum lagi kecemasan tentang masa depan, dan tentu saja, konflik dengan keluarga serta teman sebaya. 

Baca Juga:  Israel Besar Kepala Tolak Menlu Saudi Kunjungi Tepi Barat, Upaya Normalisasi Terancam

Semua ini seringkali jadi alasan utama mengapa mereka berpikiran untuk mengakhiri hidup.

Sebuah survei pada 2020 lalu bahkan mengungkap fakta mengejutkan: hampir satu dari tiga siswa SMP dan SMA pernah mempertimbangkan bunuh diri dalam setahun terakhir. Penyebabnya? Tak lain dan tak bukan, beban akademik yang menggunung.

Motif serupa juga tercantum dalam catatan yang ditinggalkan oleh dua dari tiga siswi SMA yang tewas di Busan. Polisi menduga, ini adalah aksi bunuh diri bersama. Sungguh memilukan.

Data Kementerian Pendidikan juga menunjukkan bahwa siswa sekolah menengah pertama tampaknya jadi kelompok yang paling rentan. Lebih dari separuh dari total 17.667 siswa yang diidentifikasi berisiko bunuh diri tahun lalu, atau sekitar 9.753 siswa, berasal dari jenjang SMP.

Baca Juga:  KPK Tegaskan Berani Panggil Bobby Nasution Menantu Presiden ke-7 Jokowi

Siswa SMA menyumbang 7.880 kasus, dan bahkan ada 16 siswa sekolah dasar serta 18 siswa sekolah khusus yang juga masuk kelompok berisiko.

Ini jelas bukan lagi sekadar masalah individu, tapi masalah sosial yang harus segera ditangani serius. Korea Selatan seolah sedang berteriak, butuh uluran tangan untuk menyelamatkan generasi mudanya dari jurang keputusasaan.
 

Back to top button