Kontroversi Trump Phone: Benarkah Dibuat di AS atau Hanya Dirakit?

Baru saja diluncurkan dengan gebyar bendera Amerika di belakang panggung, Trump Phone T1 kini menuai sorotan. Hanya dalam hitungan hari, slogan promosi “Made in the USA” yang semula dikampanyekan dengan penuh patriotisme, diam-diam diubah menjadi “Proudly American.”
Pergantian frasa ini bukan tanpa alasan. Berdasarkan ketentuan Federal Trade Commission (FTC), label “Made in USA” hanya boleh digunakan jika seluruh atau hampir seluruh komponen produk diproduksi di Amerika Serikat. Beberapa perusahaan bahkan pernah digugat karena penyalahgunaan label tersebut.
Klaim Patriotik Diganti Kata-Kata Samar
Kini, situs pemesanan Trump Phone T1 lebih banyak menggunakan istilah samar seperti “American-Proud Design” dan “brought to life right here in the USA.” Namun, tidak ada lagi pernyataan eksplisit bahwa ponsel benar-benar diproduksi di Amerika.
Juru bicara Trump Mobile, Chris Walker, bersikeras bahwa klaim produksi dalam negeri masih sah.
“T1 phones are proudly being made in America. Speculation to the contrary is simply inaccurate,” kata Walker kepada USA Today.
Namun, tidak ada klarifikasi lebih lanjut dari organisasi Trump maupun tim PR eksternal mereka, meskipun diminta berulang kali oleh media.
Sulit Buat Ponsel 100% Amerika
Analis teknologi IDC, Francisco Jeronimo, mengatakan langkah penghapusan slogan “Made in USA” bukan kejutan. Ia menegaskan, membangun ponsel sepenuhnya di AS nyaris mustahil karena tingginya biaya dan minimnya infrastruktur manufaktur lokal.
“Kecuali hanya merakit komponen impor dari China secara manual, itu pun masih dipertanyakan secara legal,” ujarnya.
Trump dan Riwayat Produk Berbau Nasionalisme Tapi Buatan Luar
Ini bukan pertama kalinya keluarga Trump menjual produk berbalut nasionalisme, namun diproduksi di luar negeri. Investigasi Associated Press menemukan bahwa Bible “God Bless the USA” yang mereka promosikan pada 2023 ternyata dicetak di Tiongkok.
Maka tak heran jika banyak pihak mencibir slogan patriotik bisnis Trump, termasuk dalam peluncuran Trump Mobile yang kini juga menawarkan paket layanan seluler seharga $47.45 per bulan—angka simbolik untuk presiden ke-45 dan ke-47.
Konflik Kepentingan Mengancam Bisnis Trump Mobile
Tak hanya soal iklan, kehadiran Trump Mobile juga mengundang kecaman dari pakar etika pemerintahan. Sebagai presiden aktif, Donald Trump saat ini mengawasi Federal Communications Commission (FCC), lembaga yang mengatur industri telekomunikasi dan sedang menyelidiki kompetitor Trump Mobile.
“You’re not calling up call centers in Bangladesh,” kata Eric Trump di Fox News. “We’re doing it out of St. Louis, Missouri.”
Ironisnya, sang presiden juga pernah mengancam Apple dengan tarif 25% untuk produk iPhone yang diproduksi di India—padahal Apple kini menjadi rival langsung Trump Mobile dalam pasar ponsel dan layanan.
Alih-alih menjadi simbol produk buatan Amerika, Trump Phone T1 justru terjebak dalam kontroversi label, konflik kepentingan, dan keraguan publik. Slogan “Proudly American” mungkin terdengar patriotik, tapi tanpa kejelasan soal asal produksi, konsumen tampaknya mulai mempertanyakan apakah ini hanya bendera yang dikibarkan untuk bisnis semata.