Keringat bukan hanya tanda kelelahan tetapi juga merupakan harta karun biologis. Sebagai versi darah yang sangat encer, keringat membawa banyak biomarker yang sama, seperti glukosa, asam laktat, dan elektrolit.
Selama bertahun-tahun, para peneliti telah mengetahui bahwa keringat dapat memberikan wawasan tentang kesehatan seseorang. Namun, tantangannya adalah mengukur biomarker ini secara akurat, mengingat jumlahnya yang sedikit dalam keringat.
Sekarang, bayangkan sebuah perangkat yang dapat memanfaatkan informasi ini, yang memungkinkan pemantauan kesehatan tanpa jarum secara real-time. Ini akan merevolusi cara kita mengelola kondisi kronis seperti diabetes, yang saat ini bergantung pada tusukan jari atau monitor glukosa kontinu (CGM) invasif untuk pelacakan gula darah secara teratur.
Cara ini adalah solusi yang menjanjikan tidak hanya kenyamanan yang lebih besar tetapi juga peningkatan aksesibilitas, kepatuhan, dan keterjangkauan bagi jutaan pasien di seluruh dunia.
Terobosan Zaman
Kemampuan untuk mengukur biomarker dalam keringat dengan presisi membutuhkan teknologi mutakhir. Di sinilah grafena — material pemenang Hadiah Nobel yang dikenal karena sensitivitas dan konduktivitasnya yang luar biasa — berperan. Dengan kemampuannya mendeteksi perubahan molekuler pada skala nano, grafena kini menjadi dasar bagi generasi baru perangkat pemantau kesehatan.
Tidak seperti CGM tradisional yang mengandalkan tusukan jarum kecil di bawah kulit, perangkat yang dapat dikenakan ini menggunakan sensor tertanam dengan grafena untuk mendeteksi biomarker dalam keringat. Sensor bertindak sebagai ‘lidah’ elektronik, yang mengikat molekul tertentu ke enzim atau antibodi di permukaannya.
Interaksi ini memicu respons listrik yang dapat diukur dan dikirimkan ke aplikasi di ponsel pintar atau perangkat yang dapat dikenakan lainnya. Hasilnya? Wawasan secara real time tentang glukosa, kolesterol, hidrasi, dan banyak lagi bisa diketahui tanpa merusak kulit.
“Orang-orang layak mendapatkan alat yang semulus dan senon-invasif mungkin,” kata Meet Vora, seorang ahli nanoteknologi yang merupakan salah satu penemu teknologi tersebut dan merupakan Chief Operating Officer GraphWear yang berbasis di San Francisco, mengutip Times of India.
Dari Laboratorium ke Kehidupan Sehari-hari
Pengembangan pemantauan berbasis keringat memerlukan upaya mengatasi berbagai tantangan signifikan, mulai dari peningkatan skala proses produksi hingga pelaksanaan uji coba yang ketat. Saat ini, teknologi tersebut berada di ambang komersialisasi, didukung studi kelayakan yang berhasil pada penderita diabetes dan non-diabetes.
Uji coba ini menunjukkan bahwa kadar glukosa yang diukur melalui keringat sama akuratnya dengan kadar yang diperoleh melalui CGM tradisional. Selain itu, perangkat yang dapat dikenakan ini terbukti andal dalam kondisi tidak banyak bergerak dan aktif secara fisik.
“Saat kami mulai, kami memiliki bangku kecil dan sebuah visi,” kata Vora. “Sekarang, kami meningkatkan produksi di fasilitas seluas 11.000 kaki persegi, mempersiapkan uji klinis penting yang melibatkan lebih dari 100 peserta.”
Teknologi ini telah diuji untuk memantau kadar laktat dan hidrasi pada kuda pacu selama latihan treadmill. Teknologi ini juga telah digunakan oleh atlet ketahanan, seperti pesaing Ironman, untuk melacak kelelahan dan pemulihan secara real time.
Manfaat pemantauan berbasis keringat pada akhirnya akan menjangkau lebih dari sekadar pasien dengan penyakit kronis. Atlet dapat menggunakan teknologi ini untuk mengoptimalkan performa dan pemulihan.
Lansia atau mereka yang tinggal di daerah terpencil dapat memperoleh manfaat dari pemantauan kesehatan berkelanjutan tanpa harus sering mengunjungi klinik. Dengan mengatasi hambatan seperti ketidaknyamanan, biaya, dan aksesibilitas, inovasi ini dapat membuka jalan bagi layanan kesehatan yang lebih adil dan efektif.