Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti saat memaparkan rilis Berita Resmi Statistik bulan Mei 2024, Jakarta, Senin (3/6/2024). (Foto: Antara).
Memasuki akhir tahun, daya beli masyarakat khususnya menengah ke bawah benar-benar nyungsep. Alhasil, angka pertumbuhan ekonomi nasional yang terlalu mengandalkan konsumsi ikut nyungsep. Tak percaya?
Kuartal III-2024, catatan Badan Pusat Statistik (BPS) membeberkan adanya penurunan pertumbuhan ekonomi menjadi 4,95 persen secara tahunan, atau year on year (yoy). Melambat 0,1 persen ketimbang pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 sebesar 5,05 persen. Namun sedikit lebih baik jika dibandingkan kuartal III-2023 sebesar 4,94 persen.
Anjloknya pertumbuhan ekonomi ini, menurut Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, merupakan akumulasi dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal III-2024, atas dasar harga berlaku (ADHB) senilai Rp5.638,9 triliun, serta atas dasar harga konstan (ADHK) senilai Rp3.279,6 triliun. “Sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 bila dibandingkan kuartal III-2023 (yoy), tumbuh sebesar 4,95%,” kata Amalia di kantor BPS, Jakarta, Selasa (5/11/2024).
Berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usahanya, kata dia, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tahunan, disumbang mayoritas oleh industri pengolahan, porsi 0,96 persen. Disusul sektor konstruksi sebesar 0,71 persen, perdagangan sebesar 0,63 persen, infokom sebesar 0,45 persen, dan lainnya sebesar 2,20 persen.
Industri pengolahan, menurut Amalia, masih menjadi lapangan usaha dominan yang kontribusinya terbesar terhadap PDB, porsi 19,02 persen dengan pertumbuhannya pada kuartal III-2024 sebesar 4,72 persen. Diikuti sektor pertanian dengan kontribusinya sebesar 13,71 persen dan pertumbuhannya 1,69 persen.
Urutan kedua, lanjut Amalia, sektor perdagangan yang kontribusi atau distribusinya dari ukuran PDB Indonesia menurut lapangan usaha, mencapai 13,09 persen dengan pertumbuhan 4,82 persen. Selanjutnya sektor konstruksi sebesar 10,06 persen dengan pertumbuhan 7,48 persen dan pertambangan 9,06 persen dengan pertumbuhan 3,46 persen.
“Lapangan usaha utama yang berkontribusi pada PDB adalah industri pengolahan, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan. Total share lapangan usaha ini adalah 64,94% terhadap PDB,” ucap Amalia.
Khusus untuk laju pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan atau industri manufaktur mayoritas disumbang industri makanan dan minuman (mamin) yang tumbuh 5,82 persen, logam dasar tumbuh 12,36 persen dan barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik yang tumbuh 7,29 persen.
“Lapangan usaha dengan sumber pertumbuhan terbesar pertama adalah industri pengolahan yang tumbuh didorong permintaan domestik dan luar negeri,” tutur Amalia.