Market

Jelang Jokowi Pensiun, Konsensus Ekonom Bloomberg Ramalkan Ekonomi Macet 5 Persen


Konsensus ekonom dari Bloomberg meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024 sebesar 5 persen secata tahunan atau year on year (yoy). Atau berada di nilai tengah dari 28 ekonom yang masuk konsensus tersebut.

Sedangkan angka rata-rata dari prediksi itu, lebih rendah yakni 4,99 persen. Estimasi pertumbuhan ekonomi tertinggi dikeluarkan ekonom senior UOB Group, Alvin Liew sebesar 5,3 persen (yoy). Angka itu melampaui realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 yang mencapai 5,11 persen.

Sementara angka terendah dari 28 ekonom tersebut, dikeluarkan oleh Chief Economist JP Morgan for Asean, Sin Beng Ong, sebesar 4,7 persen. 

Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk  (BMRI), Andry Asmoro, salah satu ekonom yang masuk dalam konsensus, menyatakan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh melambat 4,98 persen. Secara kuartalan atau dibandingkan dengan kuartal I-2024, PDB diperkirakan meningkat 3,73 persen (qtq).

Baca Juga:  Komisi VII Wanti-wanti 4 Perusahaan Tambang di Raja Ampat yang Izinnya Dicabut Bisa Beroperasi Lagi

“Proyeksi pertumbuhan tahunan yang lebih rendah untuk 2Q24 terkait dengan normalisasi kegiatan ekonomi setelah pemilihan umum dan konsumsi yang lebih tinggi secara musiman selama perayaan Ramadan di kuartal sebelumnya,” kata Andry, dikutip Senin (5/8/2024).

Andry menjelaskan, konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah diproyeksikan tumbuh masing-masing 4,7 persen dan 11,2 persen.

Sementara investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) diperkirakan tumbuh lebih tinggi yaitu 4,7 persen, didorong peningkatan penjualan semen untuk properti.

Untuk kinerja ekspor neto, kata dia, diproyeksikan membaik karena kinerja ekspor yang lebih baik di kuartal II-2024.

Sedangkan Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede lebih optimistis melihat pertumbuhan ekonomi menembus 5,02 persen. Meski melambat, pertumbuhan yang masih berada di kisaran 5 persen, terutama didorong permintaan domestik, yang relatif tetap kuat meskipun terjadi penurunan permintaan eksternal.

Baca Juga:  Hambat Swasembada Pangan Presiden Prabowo, DPR Dorong Bongkar Kasus Subsidi Pupuk yang Seret PT PI

Sementara melemahnya permintaan eksternal sebagian besar disebabkan oleh perlambatan ekonomi global, terutama China, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia dan mitra dagang utama Indonesia.

Pasalnya, pertumbuhan China melambat secara signifikan dari 5,3 persen (yoy) di kuartal I-2024 menjadi 4,7 persen (yoy) pada kuartal II-2024, berdampak buruk kepada kinerja ekspor.

Angka yang muncul dari konsensus ini terpantau lebih rendah dari perkiraan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati.

“Kami memperkirakan untuk triwulan kedua, berarti antara April, Mei, dan Juni yang sudah selesai, akan tumbuh di 5,0 persen atau bahkan sedikit di atas 5 persen (yoy),” kata Sri Mulyani, Jumat (2/8/2024). 
 

Baca Juga:  Penetapan HPP Gabah Kering dan Penghapusan Rafaksi Bikin Cadangan Beras Tembus 4 Juta Ton

Back to top button