Menjaga keseimbangan antara ketahanan energi dengan kelestarian lingkungan, bukan perkara mudah. Namun juga bukan tak mungkin terwujud. Perlu strategi dan konsistensi untuk merealisasikannya.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mengatakan, energi adalah katalis bagi pertumbuhan ekonomi. Di saat yang sama, Indonesia terutama Pertamina perlu mengamankan pasokan energi, sekaligus mengurangi karbon demi mendukung target pemerintah, yakni Net Zero Emission pada 2060.
“Kami mulai dengan memperkuat bisnis legacy kami dengan memaksimalkan dan juga membangun infrastruktur terintegrasi dari hulu, midstream dan hilir, untuk memperkuat aksesibilitas kami,” kata Nicke dalam CEO Forum Acara The 48th Indonesian Petroleum Association (IPA) Convention & Exhibition, dikutip Kamis (16/5/2024).
Dari indeks tersebut, kata dia, tantangan terbesar di Indonesia adalah aksesibilitas dan keterjangkauan. “Jadi kita harus mengatasi masalah ini dengan benar dalam perencanaan strategis kita,” lanjut Nicke.
Nicke menjelaskan, Pertamina sebagai BUMN sektor migas, melakukan rencana strategis baru. Di mana, Pertamina mencoba mengadopsi transisi energi secara bertahap. Di satu sisi, Pertamina menjaga ketahanan energi melalui penguatan bisnis minyak dan gas.
Di sisi lain, Pertamina meningkatkan pengembangan bisnis rendah karbon untuk memenuhi target net zero emission pada 2060.
“Kita dapat meningkatkan program bioenergi, biodiesel, biogasoil, bahan bakar penerbangan berkelanjutan dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF), dan juga penyeimbangan karbon seperti solusi berbasis alami dan CCUS (carbon capture, utilisation, and storage),” tambahnya.
Pertamina juga memiliki mandat untuk memastikan energi terjangkau bagi masyarakat, sekaligus meningkatkan daya beli melalui peningkatan pertumbuhan industri di Indonesia.
Berbagai upaya operasional itu, lanjut Nicke, dilakukan dengan menjaga kinerja keberlanjutan sebagai komitmen Pertamina sebagai perusahaan yang bertanggung jawab. Environmental, social and governance (ESG) menjadi prioritas Pertamina.
Dibuktikan dengan berkurangnya emisi karbon dari proses internal Pertamina sebesar 34 persen pada 2023.
“Jadi ini semua adalah strategi Pertamina tentang bagaimana kita mengelola keseimbangan antara ketahanan energi dan kelestarian lingkungan dengan baik. Kami percaya bahwa semua program tersebut juga ada kuncinya yaitu digitalisasi, keberlanjutan, dan kesiapan sumber daya manusia serta kemajuan teknologi,” kata Nicke.
Sebagai pemimpin di sektor transisi energi, Pertamina berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission pada 2060. Terus didorong program-program yang berdampak langsung kepada capaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.