Market

Jadi Alasan Perpanjangan izin Ekspor Konsentrat, Freeport Ogah Buka-bukan Kebakaran Smelter di Gresik


Peristiwa kebakaran smelter di Manyar, Gresik, Jawa Timur (Jatim), milik PT Freeport Indonesia (Freeport/PTFI) pada 14 Oktober 2024, masih menjadi misteri. Memang sengaja tak mau diungkap?

Akibatnya smelter tersebut belum bisa beroperasi, dijadikan alasan Freeport untuk mengajukan perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga.

Presiden Direktur PTFI atau Freeport, Tony Wenas pun tak mau menjelaskan secara detail pemicu kebakaran tersebut. Dia hanya bilang, bukan karena kelalaian atau kesalahan pekerja.

“Bareskrim (Polri) menyatakan bahwa kejadian kebakaran tersebut adalah bukan karena kelalaian atau kealpaan atau kesalahan dari pekerja,” ujar Tony dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR di Jakarta, Rabu (19/2/2025).

Tony tidak menjelaskan secara rinci ihwal penyebab kebakaran smelter Freeport yang berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Sidoarjo itu. 
Sekitar pukul 17.45 WIB, api pertama kali terdeteksi oleh teknisi listrik PT Chiyoda International Indonesia di WESP Stage 1C.

Baca Juga:  Gara-gara Rupiah Ambruk Akhir 2024, Mesin Uang Salim Group Ngadat Rp559 Miliar

Selanjutnya, api terus membesar disertai ledakan, sehingga dilakukan pemadaman oleh Emergency Response Team (ERT). Pemadaman dilakukan dengan bantuan pihak eksternal, hingga api padam total pada pukul 22.16 WIB. “Api berhasil kami padamkan dalam waktu kira-kira 4 jam,” ujar Tony.

Akibatnya, kata Tony, seluruh komponen material WESP mengalami kerusakan berat dan tidak dapat dioperasikan. Atas kejadian tersebut, sesuai kriteria yang ditetapkan pada Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Kepmen ESDM) Nomor 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik, kebakaran itu dikategorikan ‘kejadian berbahaya’.

Berbagai upaya untuk memperbaiki smelter dilakukan Freeport, meliputi demolition, pembelian peralatan untuk perbaikan, hingga persiapan konstruksi atau instalasi alat-alat.

Baca Juga:  Indonesia dan Malaysia Koordinasi untuk Respons Kebijakan Tarif Resiprokal AS

“Sekarang masih berlangsung. Di saat bersamaan, beberapa peralatan sudah ada yang selesai dipasang dan pertengahan Maret akan kita mulai testing, commissioning dari beberapa peralatan,” kata dia.

Pekan lalu, Tony menyampaikan, sebanyak 3 pesawat Boeing 747 kargo memuat peralatan untuk smelter Freport,  tiba di Surabaya. “Peralatannya sekitar 30 ton lebih dan juga ada pesawat Antonov yang kami sewa juga, sudah tiba di Surabaya membawa peralatan,” kata Tony.

Tony menegaskan bahwa hal tersebut menunjukkan Freeport serius ingin memperbaiki smelter dengan segera. “Agar cepat selesai. Kalau kita angkut naik kapal laut akan lama sekali, sehingga kita bawa peralatannya dengan menggunakan pesawat terbang,” kata dia.

Baca Juga:  Ini Faktor yang Bikin Investor Ragu hingga Berdampak ke Ekonomi Indonesia

Tony menyampaikan Freeport berencana untuk menguji coba (testing) atau commissioning dan pre-commissioning dari fasilitas perbaikan tersebut. Uji coba akan dimulai pada pertengahan Maret sampai dengan minggu ketiga bulan Juni.

“Jadi kami sangat yakin sekali kami bisa menyelesaikan semuanya di minggu ketiga bulan Juni dan mulai bisa ramp up produksi di minggu keempat bulan Juni sebesar dengan kapasitas masih 40 persen,” kata Tony.

 

 

Back to top button