Market

Cadangan Devisa Jumbo Bakal Jadi ‘Tumbal’ Rupiah

Kamis, 07 Jul 2022 – 12:10 WIB

Cadangan Devisa Jumbo Bakal Jadi ‘Tumbal’ Rupiah

Foto: iStockphoto.com

Ekonom menyoroti pelemahan nilai tukar rupiah yang menembus level psikologis Rp15 ribu per dolar AS kemarin. Bank Indonesia (BI) pun ditengarai bakal ‘menumbalkan’ cadangan devisa yang jumbo untuk mengintervensi pasar demi stabilnya mata uang garuda ini.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (7/7/2022) pagi menguat 14 poin atau 0,1 persen ke posisi Rp14.985 per dolar AS ketimbang posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.999 per dolar AS.

Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia mengatakan, untuk menjaga agar rupiah tidak melemah ke level-level psikologis, BI mengguyurkan dolar AS ke pasar dari cadangan devisa.

“Cadangan devisa kita, bagusnya besar. Kita mendapat banyak masukan cadangan devisa dari surplus perdagangan akibat kenaikan harga komoditas yang luar biasa. Surplus ini menambal cadangan devisa sehingga BI punya amunisi yang banyak untuk mengintervensi rupiah,” katanya kepada Inilah.com di Jakarta, Kamis (7/7/2022).

Baca Juga:  Matikan Rantai Tengkulak dan Rentenir yang Rugikan Petani, Pemerintah Bentuk Kopdes Merah Putih

Pada Kamis (7/7/2022), BI melaporkan cadangan devisa per akhir Juni 2022 berada di US$136,4 miliar. Angka ini naik ketimbang bulan sebelumnya sebesar US$135,6 miliar.

“Cadangan devisa dalam kisaran US$135-136 miliar masih bisa membiaya impor selama 6-7 bulan. Ini aman karena kesepakatan internasional batas tolerasi aman cadangan devisa hanya tiga bulan. Ini bisa dipakai untuk menstabilkan rupiah kalau kembali mendapat tekanan,” papar Faisal.

Konsekuensinya, kata dia, cadangan devisa otomatis turun karena digunakan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah saat mendapat tekanan dari capital outflow. “Dalam beberapa bulan terakhir, sudah terlihat cadangan devisa menurun dari beberapa bulan lalu di atas level US$140 miliar. Tapi, di level US$135 miliar tetap masih berada dalam zona aman,” ucapnya.

Baca Juga:  Biasakan Anak Muda Atur Keuangan, OJK Genjot Literasi Keuangan Naik 1 Persen/Tahun

Jika melihat sekarang, ia menengarai rupiah berada dalam posisi yang lebih lemah dibandingkan nilai fundamentalnya. Meskipun, pelemahan itu belum terlalu jauh.

“Karena itu, menjaga rupiah dengan mengguyur pasar dengan dolar AS dari cadangan devisa sangat diperlukan untuk meredam reaksi subjektif pasar,” ucapnya. “Ini opsi lain jika BI tidak menaikkan suku bunga acuan BI7DRR (BI 7-Day Reverse Repo Rate) dari level 3,50% saat ini.”

Di luar reaksi subjektif pasar, kata dia, sebenarnya yang yang perlu diwaspadai bukan level-level psikologis seperti Rp15 ribu atau Rp16 ribu per dolar AS. “Yang dilihat adalah persentase pelemahannya sejak awal tahun hingga sekarang, year to date,” ujarnya.

Baca Juga:  Bukan 47 Persen, Tarif Ekspor Produk Tekstil Indonesia ke AS Diangka 30 Persen

Sejak awal 2022, persentase pelemahan rupiah berada dalam kisaran 4 persen. Dibandingkan dengan negara lain, sebetulnya posisi ini jauh lebih mendingan. “Negara lain jauh lebih tinggi dari 4 persen bahkan lebih dari 10 persen sejak awal 2022, jika dihitung dengan rentang waktu yang sama,” timpal Faisal.

Kondisi tersebut menandakan, menurut dia, tekanan capital outflow bukan hanya terjadi di Indonesia melainkan terjadi di negara-negara lain. “We are not the only one. Negara lain itu berarti lebih rentan stabilitas nilai tukarnya ketimbang rupiah,” imbuhnya.

Back to top button