Kekalahan Manchester United dari Tottenham Hotspur di final Liga Europa menutup musim 2024/2025 dengan catatan kelam. Selain gagal meraih trofi, United juga dipastikan absen dari kompetisi Eropa musim depan. Kekosongan prestasi dan kegagalan lolos ke Liga Champions membuat musim ini dinilai sebagai salah satu yang terburuk dalam sejarah modern klub.
Jurnalis senior Manchester Evening News, Samuel Luckhurst, menyebut bahwa skuad Manchester United musim ini adalah yang “terburuk dalam 51 tahun terakhir”.
“Ini adalah skuad Manchester United terburuk dalam 51 tahun,” tulis Luckhurst dalam opininya dikutip dari laman Eveningnews.
Ia juga menyebut kekalahan empat kali dari Tottenham dalam satu musim sebagai bukti nyata dari rapuhnya performa tim.
Dalam pertandingan final yang digelar di Bilbao, Senin (19/5), United kalah 0-1 dari Spurs. Para pemain dinilai tampil tanpa arah dan gagal memberi perlawanan berarti. “United tampil datar, tak bergairah, dan kalah dari tim Spurs yang disebut-sebut sebagai salah satu yang terburuk dalam sejarah mereka,” tulis Luckhurst.
Musim ini juga menjadi kali pertama sejak 1993 Manchester United absen dua tahun berturut-turut dari Liga Champions. Kekalahan di final Liga Europa menjadikan semua peluang meraih tiket ke kompetisi elite Eropa resmi tertutup.
Menurut Luckhurst, sejumlah keputusan manajerial yang dianggap keliru turut berkontribusi terhadap buruknya performa klub musim ini. Ia menyoroti lambatnya pergantian pelatih, kebijakan transfer bertema “Belanda”, dan ketergantungan pada strategi pragmatis dari pelatih Ruben Amorim yang tidak efektif.
“Man United terlalu lambat mengganti pelatih, terlalu reaktif terhadap tekanan fans, dan terlalu cepat membangun proyek transfer bertema ‘orang Belanda’,” ujarnya.
Ia juga mengkritisi minimnya kreativitas dan produktivitas tim yang, menurut catatannya, gagal mencetak gol dalam 16 pertandingan musim ini, termasuk tiga laga kontra Tottenham. “United bukan hanya tampil buruk, tapi juga membosankan,” tulisnya.
Beberapa pemain juga mendapat sorotan, seperti Mason Mount yang dinilai gagal memenuhi ekspektasi, serta keputusan taktikal seperti memainkan Harry Maguire sebagai target man di laga final yang dinilai tidak membuahkan hasil.
Dengan hasil ini, tekanan terhadap manajemen dan pelatih semakin besar. Samuel Luckhurst menyimpulkan bahwa Manchester United kini tengah menghadapi masa yang sangat kritis, bukan hanya dalam hal hasil, tapi juga identitas dan arah permainan.
“Man United bukan hanya perlu menang—mereka perlu kembali bisa dipercaya dan layak ditonton,” pungkasnya.