Ilmuwan Uji Obat Tikus Anti-Penuaan, Diklaim Bisa Perpanjang Usia Manusia hingga 16 Tahun


Sebuah studi terbaru yang dipimpin oleh Medical Research Council Laboratory of Medical Science (MRC LMS), Imperial College London, dan Duke-NUS Medical School di Singapura mengungkapkan bahwa obat eksperimental berupa antibodi anti-IL-11 berhasil memperpanjang usia tikus hingga 25%.

Studi terbaru pada tikus mengungkapkan kunci menambah usia yang setara dengan 16 tahun pada umur manusia.

Tikus yang menerima suntikan antibodi saat memasuki usia paruh baya – setara dengan usia manusia sekitar 55 tahun – hidup rata-rata hingga 155 minggu, atau 35 minggu lebih lama dibanding tikus yang tidak menerima perlakuan. Hasil studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Nature.

Selain memperpanjang usia, tikus yang disuntik anti-IL-11 juga menunjukkan penurunan signifikan dalam kejadian kanker, penyakit fibrosis, peradangan kronis, dan gangguan metabolisme, yang merupakan ciri khas penuaan.

“Tikus yang diberi anti-IL-11 tampak lebih sehat, lebih aktif, dengan bulu lebih mengkilap, serta mengalami lebih sedikit tanda-tanda penuaan seperti kerontokan rambut dan penurunan massa otot,” kata Prof. Stuart Cook, penulis utama studi.

Antibodi ini bekerja dengan memblokir aktivitas protein IL-11, yang diketahui meningkat di seluruh jaringan tubuh seiring bertambahnya usia. Peningkatan IL-11 diketahui memicu berbagai penyakit degeneratif, mulai dari gangguan penglihatan, pendengaran, hingga fungsi jantung dan ginjal.

Prof. Cook menyatakan, meskipun hasil studi ini masih pada tikus, temuan ini membuka kemungkinan menarik bahwa pendekatan serupa bisa memiliki efek positif pada manusia lansia.

Berbeda dengan terapi anti-aging lain seperti metformin atau pembatasan kalori ekstrem, anti-IL-11 disebut menunjukkan profil efek samping yang lebih baik dan mampu memperpanjang usia sehat, tidak hanya usia hidup.

Namun, sebagian ilmuwan tetap skeptis. Prof. Ilaria Bellantuono dari University of Sheffield mengingatkan bahwa belum ada bukti klinis pada manusia dan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami siapa yang berisiko dan akan mendapat manfaat dari terapi semacam ini.

“Tidak realistis untuk mengobati setiap orang berusia 50 tahun selama sisa hidup mereka. Semua obat memiliki efek samping dan biayanya juga harus dipertimbangkan,” ujarnya.

Penelitian ini menjadi langkah maju dalam pencarian terapi yang dapat memperpanjang masa hidup sehat manusia, meski masih memerlukan bukti klinis lebih lanjut.

 

Exit mobile version