Ototekno

Geger! Grup Gelap Telegram Berisi 70 Ribu Pria Bahas Tutorial Pemerkosaan


Platform perpesanan Telegram kembali menjadi sorotan setelah investigasi mengungkap keberadaan grup dengan lebih dari 70 ribu anggota pria dari seluruh dunia yang mendiskusikan kekerasan seksual, termasuk tutorial pemerkosaan dan berbagi video kejahatan. Temuan ini memicu kemarahan publik dan seruan untuk regulasi lebih ketat terhadap platform online.

Investigasi yang dipimpin oleh ARD, jaringan penyiaran publik terbesar di Jerman, menemukan grup-grup Telegram yang digunakan untuk bertukar gambar, video, dan instruksi terperinci tentang cara melakukan kekerasan seksual. 

Para anggota, yang sebagian besar berkomunikasi dalam bahasa Inggris, juga mendiskusikan cara menargetkan perempuan di rumah tangga mereka, termasuk istri, pacar, dan saudara perempuan.

Lebih mengerikan lagi, anggota grup ini membagikan tautan ke toko online yang menjual obat penenang terselubung sebagai produk sehari-hari, seperti perawatan rambut, untuk memfasilitasi kejahatan mereka. Salah satu anggota bahkan membual tentang membius istrinya dan menawarkan perempuan tersebut kepada pria lain.

Baca Juga:  BRIN Ungkap 4 Alasan Orang Pakai Aplikasi Kencan, Salah Satunya Cari Partner Seks

Telegram di Bawah Pengawasan

Telegram, yang didirikan pada 2013 oleh Pavel Durov, telah lama berada di bawah pengawasan karena gagal mengatur konten ilegal. Meskipun menawarkan enkripsi kuat dan menolak berbagi data pengguna dengan pemerintah, sikap ini menjadikan Telegram tempat berlindung bagi aktivitas kriminal, termasuk perdagangan narkoba, eksploitasi seksual anak, dan kekerasan seksual.

Pendiri Telegram, Pavel Durov, bahkan ditangkap di Prancis pada Agustus 2024 atas tuduhan memungkinkan aktivitas kriminal melalui moderasi platform yang tidak memadai. Meski dibebaskan dengan jaminan, Durov masih dalam tahanan rumah sambil menunggu persidangan.

Telegram mengklaim memiliki kebijakan tanpa toleransi terhadap konten ilegal, tetapi telah dikritik karena lambannya tindakan. 

Baca Juga:  Komdigi Gandeng Oracle Kembangkan Infrastruktur AI Nasional

Platform ini menolak berpartisipasi dalam program internasional seperti National Centre for Missing and Exploited Children (NCMEC) dan Internet Watch Foundation (IWF), yang bekerja untuk mengidentifikasi dan menghapus konten berbahaya.

Kasus ini juga menggarisbawahi skala pelecehan yang lebih luas terhadap perempuan. Data menunjukkan satu dari empat perempuan di Inggris dan Wales pernah mengalami kekerasan seksual setidaknya sekali dalam hidup mereka, dengan 46% di antaranya dilakukan oleh pasangan intim.

Back to top button