Pelatih Inter Milan, Cristian Chivu, menanggapi kekalahan timnya dari Fluminense di babak 16 besar Piala Dunia Antarklub 2025 dengan nada menenangkan. Meski kecewa, ia tetap melihat sisi positif dari kegagalan ini, berbeda dengan komentar keras Lautaro Martinez seusai laga.
Inter tumbang 0-2 dari Fluminense dalam pertandingan yang digelar di Stadion Bank of America, Charlotte, Selasa (1/7) dini hari WIB. Gol cepat German Cano dan tambahan dari Hercules Nascimento di masa injury time menjadi mimpi buruk bagi Nerazzurri yang sejatinya tampil dominan dalam penguasaan bola.
“Fluminense tampil lebih segar dan tajam,” kata Chivu kepada Sport Mediaset.
“Kami tidak memiliki pendekatan yang saya inginkan di lapangan. Kami terlalu percaya diri, terlalu mencoba bermain indah ketika seharusnya cukup bermain simpel,” lanjutnya.
Chivu juga menyoroti kelelahan fisik timnya dan ketidakberuntungan yang mendera, terutama karena dua kali mengenai mistar dan peluang emas yang disia-siakan Stefan de Vrij.
Ambil Pelajaran dari Tiga Pekan di Amerika
Chivu, yang baru beberapa pekan menggantikan Simone Inzaghi setelah eks pelatih itu hengkang ke Al-Hilal, menegaskan dirinya akan mengambil pelajaran berharga dari perjalanan singkat ini.
“Saya akan memanfaatkan tiga pekan ini untuk mengenal skuad lebih dalam. Saya belajar mengenai kekuatan, kelemahan, dan karakter mereka,” ujar pelatih asal Rumania tersebut. “Saya selalu melihat gelas setengah penuh. Kalau tidak, saya bisa pusing.”
Ia juga menekankan pentingnya menyusun ulang skuad untuk musim depan dengan semangat baru setelah musim 2024/25 yang penuh kegagalan—tanpa trofi di Serie A, Coppa Italia, dan Liga Champions.
Sindiran Lautaro dan Isu Hakan Calhanoglu
Ketegangan internal Inter juga mencuat lewat komentar Lautaro Martinez, yang menyindir pemain yang ingin hengkang. Komentar ini diyakini ditujukan kepada Hakan Calhanoglu yang dikabarkan mendorong transfer ke Galatasaray.
“Kami adalah pemenang, jadi kami harus menggali harga diri dan karakter kami,” ujar Lautaro.
Chivu menanggapi pernyataan itu dengan bijak, “Saya juga sudah menyampaikan bahwa kita semua harus berjalan ke arah yang sama. Bedanya, saya lebih diplomatis, Lautaro langsung mengangkat kaki. Tapi pesannya tetap benar: jika kita ingin menebus musim yang berat ini, maka semua harus punya ambisi untuk musim depan.”