Film Believe Ungkap Sisi Lain Perang dan Perjuangan Keluarga Prajurit Menanti Tanpa Pasti


Disutradarai oleh Rahabi Mandra dan Arwin Tri Wardhana, sebuah trailer film Believe membawa penonton menyusuri perjalanan batin Agus (Ajil Ditto) seorang anak yang tumbuh besar tanpa pernah benar-benar mengerti mengapa ayahnya, Sersan Kepala Dedi (Wafda Saifan) memilih bertugas di medan perang, meski harus berulang kali meninggalkan keluarganya. 

Pertanyaan ini membawa Agus untuk mengambil langkah yang sama, menjadi seorang prajurit. Bukan untuk membuktikan diri tapi untuk memahami sekaligus menemukan jalan takdir yang membawanya menggapai mimpi.

Dalam trailer terbaru penonton dikenalkan dengan sosok Evi (Adinda Thomas), istri yang setia menunggu, mencintai dalam diam, dan memeluk harapan meski tanpa kepastian. 

Karakter Evi menjadi potret banyak perempuan Indonesia : tegar dalam sepi, kuat meski tak selalu terlihat. Sosok yang tak kalah kuat hadir lewat karakter ibu mertua Agus (Maudy Koesnaedi). 

Dengan ketenangan dan wibawa, Maudy memerankan sosok perempuan yang menjadi sandaran, penjaga nilai, dan saksi bisu dari perjuangan keluarga kecil Agus.

“Trailer dan poster kedua ini adalah hati dari film Believe. Ia bicara kepada kita semua. Kepada para ayah yang berkorban dalam diam, kepada ibu dan istri yang setia dalam harap, kepada anak-anak yang ingin memahami orang tuanya dan kepada siapapun yang sedang berjuang untuk bermimpi dan yakin pada takdir,” ujar produser Celerina Judisari, Sabtu (28/06/2025). 

Sebagai film laga perang terbesar tahun ini yang hadir di bioskop Kamis, 24 Juli 2025, Believe tidak hanya menjanjikan aksi dan visual yang megah, tapi juga mengajak penonton untuk merenung tentang pengorbanan keluarga, dan mimpi yang lahir dari luka.

Sinopsis

Agus (Ajil Ditto) tumbuh dalam bayang-bayang sang ayah, Sersan Kepala Dedi (Wafda Saifan), seorang prajurit yang bertempur dalam Operasi Seroja tahun 1975. 

Meski Dedi telah banyak berkorban, pengabdiannya justru berdampak buruk bagi kehidupan pribadinya. Kecemasan dan ketidakpastian membuat Ibu Agus pergi, meninggalkan jejak kesepian dan amarah di hati Agus kecil. 

Tahun demi tahun berlalu, Agus memasuki masa remaja di era 1984, Agus menjadi pemuda yang kerap terlibat perkelahian. Agus muda kehilangan arah, terjebak dalam bayang masa lalu.

Hingga suatu hari, kematian sang ayah justru menyingkap kisah-kisah keberanian dan pengorbanan ayahnya di medan perang, Agus mulai mengenal sosok ayahnya dengan cara yang berbeda. 

Agus justru terinspirasi oleh keberanian dan pengorbanan yang selama ini tak ia pahami, Agus pun mengambil keputusan besar menjadi seorang prajurit.

Namun jalan menuju medan perang tak semudah yang dibayangkannya. Dengan tekad penuh, Agus menghadapi penolakan, kegagalan, dan rasa takut akan bayang-bayang masa lalu yang terus menghantuinya.

Gejolak konflik muncul, takdir mempertemukannya dengan Miro (Marthino Lio), pemimpin separatis yang dahulu menjadi musuh ayahnya. 

Kini, di tengah kobaran perang dan dilema pribadi, Agus harus bergulat dengan identitasnya sebagai prajurit, pengorbanan keluarga yang ia tinggalkan, serta tanggung jawab besar melindungi anak buahnya dan warga sipil yang tak bersalah.

Perlahan, di balik dentuman peluru dan kabut pertempuran, Agus mulai memahami arti keberanian dan jejak pengorbanan sang ayah yang selama ini tak pernah diceritakan padanya.

Namun di medan perang, tak semua pertarungan bisa dimenangkan dengan senjata. Akankah Agus menemukan kedamaian dalam hatinya, atau justru kehilangan semuanya?

Exit mobile version